EPENTINGAN dan kesenangan diri sering menutupi mata dan telinga hati kita untuk mendengarkan orang lain, juga untuk mendengarkan Tuhan. Perhatian yang terpusat pada cinta diri, membuat kita tidak peka untuk mendengarkan Tuhan. Berbeda dengan mahkluk lain kita manusia dianugerahi Tuhan kehendak bebas. Kita bisa memilih untuk mengutamakan diri daripada Tuhan dan sesame, atau sebaliknya mengutamakan Tuhan dan sesame. Kita perlu melatih kehendak kita untuk memilih mengutamakan Tuhan dan sesame, agar kita lebih peka untuk mendengarkan suara Tuhan, termasuk lewat sesama dan menanggapinya. Untuk ini dibutuhkan matiraga dan kerendahan hati.
Kepentingan diri dan kelompok sendiri sering membutakan mata hati kita untuk melihat kebenaran. Perbuatan baik orang pun sering kali kita persalahkan, termasuk sumber dan motivasinya. Yesus banyak berbuat baik, termasuk mengusir setan. Namun, orang yang terganggu kepentingannya karena Yesus lebih baik dari pada mereka, menuduhkan bahwa Dia berbuat baik itu dengan kuasa jahat. Dewasa ini pun kita melihat kedegilan hati seperti ini dalam masyarakat maupun dalam Gereja. Kita perlu waspada untuk tidak jatuh dalam dosa dan kesalahan yang sama saat kita iri dengan kebaikan orang lain, kita takut orang lain lebih diakui dan diterima daripada kita.
Tuhan, ajarlah aku untuk menyadari bahwa kasih-Mu cukup bagiku, bahwa Engkau menerima dan mengakui aku sebagai anak-Mu. Jangan sampai kehausanku akan pujian dan pengakuan membuatku tak bisa melihat kebaikan-Mu dan mendengarkan suara-Mu lewat kebaikan orang lain. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit OBOR, Indonesia
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.