ISAH perkawinan Tobia dan Sara mengharukan. Mereka hidup sebagai suami-isteri dalam iman yang kuat dan berlindung hanya pada Tuhan, sehingga mereka selamat dan diberkati-Nya. Pada malam pertama, mereka berdoa, “…Ya Tuhan, bukan karena nafsu berahi kuambil saudariku ini, melainkan dengan hati benar. Sudilah kiranya mengasihani kami berdua, dan membuat kami tua bersama.” Cinta kasih suami-isteri yang demikian ini menghadirkan cinta kasih Allah kepada manusia.

Cinta kasih dalam keluarga sangat penting. Ia mewujudkan cinta kasih dari Allah yang tak tampak. Kita tidak dapat berkata mencintai Allah jika kita tidak mengasihi orang-orang yang tinggal bersama kita. Kita lebih mengasihi orang yang tingggalnya berjauhan dengan kita daripada orang-orang yang hidup dekat sehari-hari dengan kita. Kita mudah jatuh pada cinta superfisial saja. Cinta kasih itu harus konkret, real, dan membumi. Cinta itu perbuatan nyata, keputusan, bukan perasaan.

Ya Tuhan, berilah aku rahmat agar dapat mengasihi dengan tulus orang-orang yang tinggal bersamaku. Semoga dengannya, aku mengalami kasih-Mu juga. Amin.

 

Sumber: Ziarah Batin 2017

Kredit Foto: Pasutri Katolik-Ilustrasi (Ist)