ALAM sabda perpisahan-nya, Yesus menghendaki kita supaya saling mengasihi. Pesan ini sangat muliam tetapi tidak mudah untuk dilakukan. Yesus telah mengasihi kita. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13).
Yesus telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Ia mati agar kita hidup. Ia mengajar kita bagaimana memberi hidup bagi orang lain, yaitu dengan mengasihi. Ia menyebut kita sahabat-Nya. Kita menjadi sahabat Yesus hanya jika kita berbuat apa yang diperintahkan-Nya (Yoh. 15:14). Betapa indahnya hidup saling mengasihi sebagai saudara dan sahabat.
Hidup saling mengasihi tidak mungkin jika tanpa Roh Kudus. Gereja purba hidup dalam tuntunan Roh Kudus. Segala perbedaan dan perselisihan dibicarakan bersama. “Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami…,” demikian mereka menyelesaikan persoalan umat di Yerusalem.
Cinta kasih menyelesaikan persoalan. Cinta kasih adalah buah Roh. Cinta itu tidak memberi beban lebih kepada orang lain. Cinta membawa kesatuan dan kerukunan. Para rasul hidup dalam semangat ini. Mereka memberi teladan kepada kita bagaiamana menjadi murid Yesus. Perbedaan adat, tradisi, dan budaya hendaknya menyatukan kita dalam kerukunan hidup dan kasih Allah.
Tuhan Yesus, terima kasih Engkau telah mengangkat aku menjadi sahabat-Mu. Semoga aku bisa menjadi sahabat bagi orang lain dan dapat hidup rukun dalam cinta kasih dengan mereka. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.