Rom 9:1-5;
Luk 14:1-6
SUKA ATAU TIDAK SUKA
Sdr…
KONON, ada seorang misionaris asal Indonesia ditanya oleh temannya yang awam ketika ia berlibur ke kampungnya: “Apakah anda suka dengan karya missioner anda di Afrika?” Jawab misionaris itu, “Kalau ditanya suka atau tidak suka, maka terus-terang saya sangat tidak suka. Alasannya, budaya dan peradaban kita sungguh jauh berbeda. Saya sebetulnya tidak suka dengan sikap dan tingkah laku mereka yang terkesan angkuh, kasar, jorok, tidak peduli bahkan anti terhadap orang asing. Juga saya tidak suka dengan kondisi alamnya yang gersang dan tandus, serta situasi masyarakatnya yang masih tergolong primitif, bodoh, dan miskin. Akan tetapi, adakah seorang murid dan pengikut Kristus tidak mau lakukan apapun bagi kemuliaan namaNya,hanya karena situasi dan orang-orang yang dihadapinya sama sekali tidak menyenangkan? Tentu saja tidak. Karena itu, suka atau tidak suka, Kabar Gembira keselamatan harus tetap diwartakan!”
Sdr…Semasa hidupNya, Yesus memang tidak suka dengan orang-orang Farisi, karena kemunafikannya dan juga karena ulah mereka yang sering menyebalkan. Bagaimanapun, Yesus tidak pernah anggap bahwa mereka tidak ada, apalagi berusaha singkirkan mereka. Sebaliknya, Yesus tetap terbuka terima mereka. Karena itu, ketika kaum Farisi undang Yesus untuk makan di rumah mereka, Dia pergi juga (Bdk. Luk 14:1). Yesus melihat undangan kaum Farisi itu sebagai kesempatan emas bagiNya untuk mengajar dan wartakan Kabar Gembira keselamatan justru di rumah mereka. Demikianpun Santo Paulus sebenarnya tidak suka dengan orang-orangnya sendiri, kaum Yahudi, karena kebanyakan mereka tidak memilih untuk percaya kepada Yesus. Walau demikian, Paulus tidak hanya punya kecintaan mendalam terhadap mereka, melainkan juga tetap punya rasa kesatuan yang tak terputuskan dengan mereka (Bdk. Rom 9:3).
Sdr…Sama seperti Yesus, kita juga tidak harus singkirkan lawan-lawan kita, dan berhenti wartakan Injil, sekalipun berhadapan dengan situasi dan sikap ketidakacuhan yang dingin dan beku. Sama seperti Santo Paulus, kita pun perlu tunjukkan respek dan rasa hormat yang tulus kepada sahabat, kenalan, bahkan sanak keluarga sendiri yang mungkin tidak sepaham dan seiman dengan kita. Memang sangat menyakitkan ketika kita saksikan seseorang yang sangat kita cintai ternyata sama sekali tidak tertarik pada nilai-nilai yang kita anut. Bagaimana pun, kita tidak mungkin berhenti mencintainya, hanya karena perbedaan itu. Dalam segala situasi, entah tampan atau tidak, entah menyenangkan atau tidak, Injil harus tetap diwartakan. Mudah-mudahan….Amin!!!
Kredit Foto : Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.