ITA sering kagum pada pemimpin yang bertingkah sederhana, dekat dengan bawahan, dan taklelah berjerih payah. Kehadiran pemimpin seperti itu akan memberikan semangat bagi kita untuk menjalankan pekerjaan dengan sepenuh hati. Yesus adalah pemimpin sejati. Ia tidak ingin dilayani. Ia justru hadir untuk melayani. Ia bahkan rela menanggung penderitaan demi orang yang dilayani-Nya. Yesus menunjukkan keluhuran kita sebagai anak Allah. Keluhuran itu dinyatakan dengan doa ketergantungan yang sungguh kepada Allah Bapa-Nya.
Kita acapkali mudah merasakan jengkel dan putus asa, ketika segala usaha dan karya Nampak sia-sia. Hal itu terjadi ketika kita lebih mengandalkan diri sendiri dari pada Tuhan. Kita tak berserah dalam doa yang sungguh kepada-Nya. Buah doa yang utama adalah ketaatan kepada Bapa dan rencana-Nya, sekalipun untuk itu kita harus berkurban. Ketaatan itu paling nyata dari kesediaan untuk berkorban dan menderita. Hal inilah yang telah ditunjukkan Yesus dengan penderitaan dan wafat-Nya. Meskipun Ia adalah anak, ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.
Kita telah menjadi saksi sengsara dan wafat Tuhan Yesus. Kita tidak perlu bersedih untuk kematian-Nya, tetapi kita harus bersedia untuk mempersembahkan hidup bagi-Nya. Itulah makna penghormatan salib, agar setiap kali kita memandang dan menyentuh salib Yesus, kita dikuatkan untuk setia dan taat kepada-Nya, apapun yang kita hadapi. Bahkan ketika orang yang kita sayangi dan andalkan, sahabat dan rekan kerja kita tidak setia dan meninggalkan kita.
Ya Yesus, Engkau bergulat dalam kesendirian, namun tetap setia dan taat dalam perutusan-Mu, semoga aku pun bertekun dalam melaksanakan perutusan-Mu. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.