Bacaan I: Yeh. 18:21-28, Injil: Mat. 5:20-26
MAT 5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Mat 5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.
Mat 5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Mat 5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
Mat 5:24 Tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
Mat 5:25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
Mat 5:26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
Renungan
Dalam hidup bersama, tentu kita pernah melihat seorang tampak rajin ke gereja, aktif dalam kegiatan di paroki, menjadi pengurus organisai kerohanian namun keluarganya berantakan dan sulit berdamai dengan sesama. Sabda Tuhan hari ini jelas, hidup keagamaan haruslah memancarkan sikap batin yang penuh kasih dan damai, bukan sebaliknya. Karena semua kegiatan peribadatan yang benar akan membentuk pribadi yang mencerminkan kasih Allah semata.
Yehezkiel bersaksi bahwa Allah itu maharahim, panjang sabar dan menghendaki para pendosa bertobat daripada mati tanpa bertobat. Setiap pribadi yang bertobat adalah hadiah istimewa bagi Kerajaan-Nya. Demikianpun Yesus Kristus dalam Injil hari ini menasehati para murid-Nya untuk menghayati hidup agamanya dengan cara yang lebih baik daripada kaum Farisi yang munafik.Kebaikan itu harus nyata dalam tutur kata yang santun. Suku berdamai , rela mengampuni. Dengan demikian, kita dapat hidup bahu – membahu dalam mencapai tujuan kekudusan sebagai orang – orang Krsitiani.
Tuhan, berilah aku rahmat agar aku sanggup menciptakan damai di mana saja aku berada.Amin.
Teks : Ziarah Batin 2015
Kredit Foto: ilustrasi (richemeng.wordpress.com)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.