LAM selalu memberi sinyal peringatan sebelum suatu peristiwa alam terjadi. Air tiba-tiba surut memberi pertanda datangnya tsunami, ketika cuaca bertambha panas secara tidak biasa kita bisa menduga akan turun hujan, dan sebagainya. Ada juga orang yang bisa membaca pergerakan bintang dan mengerti apa yang akan terjadi. Pengalaman membuat kita memahami tanda-tanda itu. Hal yang sama berlaku dalam relasi kita dengan Allah. Pengalaman membuat kita mengenal Allah dan mengerti apa yang dikehendaki-Nya.
Yesus mengkritik orang-orang yang begitu pandai menilai gejala alam dan tanda-tanda zaman, tetapi tidak punya kepekaan dan keterbukaan untuk berdamai. Di sekitar kita ada kisah-kisah orang-orang berumur dewasa dan berpendidikan tinggu tetapi bertikai, ribut tak berkesudahan dan saling menuntut, yang mungkin membuat orang lain berkomentar, “kok seperti anak kecil”. Boleh jadi kepandaiannya malah dipakai untuk memanaskan bara api permusuhan. Yesus mengingatkan bahwa orang yang tidak mau berdamai akan menjadi orang yang terpenjara dalam derita dan luka permusuhan itu sendiri. Seiring dengan itu, St. Paulus mengingatkan bahwa kita adalah orang-orang yang dipersatukan: satu Tuhan, Iman, dan satu Allah. Sebagai satu kawanan, St. Paulus menunjukkan cara hidup yang sesuai, yaitu rendah hati, lemah-lembut, sabar, dan saling membantu.
Ya Bapa, berilah aku hati yang peka dan terbuka kepada pergulatan sesama sehingga aku mampu berdamai dan tidak hanya memperjuangkan kepentingan diri sendiri. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.