INDAKAN revolusioner itu harganya mahal. Keberanian Yesus untuk membersihkan Bait Allah dari praktik-praktik kecurangan dan ketidakadilan membuat Ia semakin dibenci oleh para Imam dan pemimpin bangsa Yahudi. Tindakan Yesus mengganggu stabilitas kenyamanan dan kemapanan para pemimpin tersebut. Sementara nuansa yang sangat berbeda ditampilkan oleh Kitab Makabe. Di sana digambarkan sukacita bangsa Israel karena Bait Allah yang telah selesai dibangun dan betapa mereka penuh semangat untuk menghias Bait Allah tersebut dengan ornamen-ornamen indah sebagai persembahan bagi Allah.
Dulu orang Israel penuh sukacita atas Bait Allah karena itu berarti Allah berdiam bersama mereka. Di zaman Yesus, sukacita itu berganti dengan ketidakadilan dan kecurangan yang membuat Bait Allah bagaikan sarang penyamun.
Yesus mengingatkan orang Israel supaya bertobat dan kembali kepada sukacita yang pada masa lalu dialami leluhur mereka. Tetapi pertobatan memang bukan perkara sederhana. Ketika manusia berniat untuk bertobat, ia harus berani mengubah dirinya secara revolusioner. Masalahnya, itu berarti harus mengorbankan kemapanan dan kenyamanan diri. Di sinilah tantangan bagi orang beriman. Beranikah kita mengubah cara hidup, membangun habitus baru untuk hidup seturut kehendak Allah? Atau kita memilih bertahan dengan segala kenyamanan seperti mereka yang menolak Yesus?
Tuhan Yesus, cairkanlah hatiku yang beku dan tuntunlah aku kepada pertobatan yang sejati. Amin.
Renungan Harian ini diambil dari Buku “Ziarah Batin 2017”, Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.