Mencintai Tuhan Diwujudkan Lewat Mencintai Sesama
(Markus 12: 28b- 34)
Saudara-saudari… Pada suatu sore, seorang suster membagi pengalamannya sewaktu dia berlibur di kampung halamannya. Keluarganya sangat senang menyambut dia. Pada waktu malam pergantian tahun lama ke tahun baru, mereka duduk berdoa menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan atas tahun lama yang sebentar lagi mereka lewati dan menyambut tahun baru yang tidak diketahui apa yang akan terjadi. Sesudah doa mereka bersukaria. Mereka semua rasakan hangatnya kasih antara mereka. Besok sorenya sekitar jam 6, seorang pemuda, saudara sepupu dari suster datang. Bapa dari suster memberi dia uang untuk beli satu kerat bir. Sewaktu satu kerat bir datang, suster menyuruh sepupunya minum di tempat lain, bukan di rumah kediaman mereka karena suster tahu bahwa sepupunya biasa mabuk dan sewaktu dia mabuk sering beradu argumentasi dengan orang lain dan selanjutnya terjadi perkelahian. Sepupunya setuju. Sewaktu sepupunya pergi, teman-teman dari sepupunya, yang semuanya sudah mabuk mencegat dia, dan bertanya, dia mau ke mana? Sepupu suster dengan polos katakan bahwa suster tidak mengizinkan dia untuk minum di rumah. Mendengar perkataan itu, mereka yang sudah mabuk mencari suster dan mau membunuh suster. Sambil berjalan menuju rumah orangtua suster, pemuda-pemuda itu teriak memanggil suster, melempari batu ke rumah orangtua suster. Kejadian itu terjadi sekitar jam 7 malam. Karena merasa takut, suster lari sekuat tenaga ke hutan, dan menyembunyikan dirinya di hutan selama beberapa jam. Sekitar jam 11 malam ia kembali lagi ke rumah. Malam itu juga suster dihantar oleh saudaranya ke kampung tetangga karena pemabuk tetap mencari suster. Sepanjang malam suster berdoa meminta bantuan Tuhan agar pemuda-pemuda yang mabuk itu kembali sadar bahwa apa yang sedang mereka perbuat sungguh tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Besoknya suster kembali ke rumah orangtuanya dan mengajak orangtuanya untuk sama-sama berdoa untuk pemuda-pemuda yang selalu mabuk itu agar bertobat. Sejak kejadian itu sampai suster kembali lagi ke biara, dia tidak pernah bertemu mereka lagi. Mereka sudah serahkan uang kepada orangtua suster sebagai tanda ucapan maaf. Orangtua menyerahkan uang itu kepada suster tetapi suster meminta orangtua untuk serahkan uang itu kepada pastor, meminta pastor mendoakan mereka agar betul bertobat. Menurut ceritera orangtua suster, bahwa pemuda-pemuda itu sudah bertobat dan tidak mabuk lagi.
Saudara-saudari…apa yang dilakukan suster ini adalah salah satu bentuk dari perwujudan hukum cinta kasih. Suster yang hidup hariannya selalu berkomunikasi dengan Tuhan, pikirannya selalu fokus pada Tuhan, hatinya selalu merasa dekat dengan Tuhan, dan selalu merasakan kekuatan dari Tuhan. Semua pengalaman kedekatannya dengan Tuhan itu sudah menjadi inspirasi baginya untuk mengampuni pemuda-pemuda yang berniat buruk ke atasnya. Dia sungguh berdoa untuk mereka agar mereka bertobat. Itulah perwujudan hukum cinta kasih. Bahwa dia mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan dengan segenap kekuatannya. Rencana buruk dari beberapa pemuda itu dibalasnya dengan kasih, dibalasnya dengan doa, dibalasnya dengan mempersembahkan misa khusus untuk mereka agar bertobat dan mengubah sikap sesuai dengan kehendak Allah. Selain suster mencintai Tuhan, dia juga sudah mencintai sesamanya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga sudah menghayati dan mengamalkan hukum cinta kasih lewat mencintai saudara-saudari kita yang berbuat jahat kepada kita?
Marilah saudara-saudari… mencintai Tuhan baru akan mempunyai arti kalau kita bisa wujudkan cintai itu lewat saudara – saudari kita, secara khusus kepada mereka yang selalu menyakiti kita. Mungkin hal itu terasa berat, tetapi kalau kita jalankan itu bersama Kristus yang sudah disalibkan dan dari salib Dia mengampuni mereka yang bersalah kepadaNya, pasti kita pun akan berhasil.
Kita berdoa semoga Tuhan selalu menguatkan kita agar kita sanggup melayani sesama, secara khusus mereka yang menyakiti kita dengan demikian kita pun sanggup mewujudkan hukum cinta kasih itu lewat saudara-saudari kita.
Kita meminta Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!
oleh: Rm Fredy Jehadin SVD
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.