“Rumahku adalah rumah doa. Tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun!” Bisakah anda bayangkan jika pergi ke gereja dengan niat bisa khusyuk berjumpa dengan Tuhan dalam doa, tetapi yang terjadi justru diluar dugaan anda. Mungkin bukan seperti sarang penyamun tapi sekeliling gereja penuh dengan pedagang makanan, umat banyak yang memilih duduk di luar gereja, duduk sambil memesan makanan, bahkan ada yang makan, padahal misa sedang berlangsung! Atau mungkin bukan hanya pedagang makanan, bagaimana para orang tua yang menjaga anak-anak mereka yang berkeliaran di sekitar gereja, berbicara seakan-akan sedang arisan atau bapa-bapa yang nampak menjaga anak sambil merokok, apakah anda bisa melakukan doa dengan baik? Itu belum termasuk perasaan lain yang bisa saja muncul, apabila saat komuni, mereka juga maju dan ikut menyambut. Kira-kira anda akan jengkel atau marah? atau jangan-jangan kita adalah juga termasuk yang membuat orang lain tidak nyaman berdoa selama misa karena kita sibuk dengan handphone kita. Ini juga fenomena baru, dimana peran penyamun diganti oleh handphone! Bahkan saat misa pun kita sibuk dengan handphone kita seolah-olah dunia akan hancur bila kita tidak menjawab chatting tak berguna dari teman kita. Apapun jawaban dari pertanyaan diatas, semua ada dalam diri kita masing-masing.
Mari sejenak merenungkan kembali perikop hari ini dan membandingkannya dengan perikop sebelumnya. Dalam perikop sebelumnya Yesus menangis dan hari ini Yesus marah! Dua sifat manusia yang sungguh-sungguh dimiliki oleh Yesus Sang Putera Allah! Menangis dan marah, dua hal yang bertolak belakang. Yesus menangis sedih karena manusia yang begitu dikasihi-Nya tuli, buta dan tidak memiliki hati untuk mampu menyadari kehadiran Allah, dan hari ini Yesus marah! Yesus marah? Bukankah Yesus senantiasa mengajarkan tentang cinta kasih? Lalu kenapa hari ini Yesus marah? Apakah kemarahan Yesus hari ini melanggar kasih seperti yang selalu diajarkan-Nya?
Sebelum kita menjawab pertanyaan diatas, mari sejenak kita mengingat kedua orang tua kita, anak kita atau orang-orang yang kita kasihi. Ingatlah kembali, kapan anda dimarahi orang tua anda, atau mengapa anda marah pada anak anda, apakah karena anda membenci mereka atau karena anda mengasihi mereka? Itulah uniknya kasih. Kasih terkadang tidak berwujud sesuatu hal yang lembut, indah dan membahagiakan, tetapi juga bisa berwujud kemarahan. Orang tua kita tidak akan marah jika kita melakukan hal baik, kitapun tak akan memarahi anak kita jika bukan karena kasih yang ingin hal terbaik bagi masa depan mereka.
Inilah inti kemarahan Yesus hari ini. Yesus marah pada kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Yesus marah pada manusia yang memanipulasi sesamanya, marah pada manusia yang mencari keuntungan dari kesusahan sesamanya, Yesus marah pada manusia yang memanipulasi keagamaan demi kepentingan dan kekayaan pribadi. Yesus marah pada segala bentuk kejahatan manusia. Jadi kemarahan Yesus bukan tanpa alasan.Yesus marah karena cintanya pada manusia. Yesus selalu mencintai manusia tanpa batas, Yesus hanya berharap manusia bertobat dan kembali kepada Allah. Yesus hanya peduli pada keselamatan manusia!
Merenungkan kemarahan Yesus karena Bait Allah dijadikan sarang penyamun, kira-kira bagaimana bila hati kita yang dipenuhi oleh kejahatan? Tubuh kita lebih dari gedung gereja, tubuh kita adalah Bait Allah sendiri, tempat kita berjumpa dengan Allah. Kira-kira bagaimana reaksi Yesus? Yang pasti perpaduan dari keduanya, menangis dan marah. Seperti dalam bacaan pertama, tidak selamanya Sabda Allah itu enak untuk dibaca karena kadang teguran Yesus keras, tetapi jika direnungkan dan semakin di renungkan, maka akan terasa manis, karena hati kita akan merasakan betapa dalam kasih Allah melalui PuteraNya Yesus kepada kita manusia lemah ini.
Biarlah hari ini Yesus masuk dalam hati kita dengan kemarahan-Nya dan mengusir semua kejahatan dalam hati kita, serta membersihkan luka-luka hati kita yang menyakitkan dengan air mataNya agar kita layak menjadi kediaman-Nya.
Tuhan, masuk dan tinggallah dalam hatiku.
Kredit Foto: https://www.google.co.id/
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.