Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian, Jumat: 22 Juli 2016│ Matius 13:18-23 │

Renungan Harian, Jumat: 22 Juli 2016│ Matius 13:18-23 │

Perumpaan tentang seorang penabur/kredit;renciorsw.blogspot.com

13:18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.

13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat  dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.

13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.

13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. 

13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan j  menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.

13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. ”

Renungan

Sesudah pindah rumah dari pusat kota ke pinggiran, seorang ibu senang sekaligus kaget. Senang karena ia sudah jauh dari hiruk-pikuk kita. Kaget karena anaknya ternyata baru pertama kali melihat hewan yang namanya ayam, yang dimiliki tetangga. Selama ini, dia hanya makan daging ayam saja, tanpa tahu bagaimana bentuk ayam itu. Itulah yang sering terjadi dengan anak-anak di kota besar, yang tak tahu lagi melihat berbagai jenis hewan, selain memakan dagingnya di restoran.

Perumpamaan tentang penabur mungkin agak sulit juga dimengerti oleh anak-anak yang hidup di kota besar, yang tidak pernah melihat sawah, ladang dan atau cara petani bertanam. Namun cukup mudah bagi pendengar Yesus waktu itu. Tanah di Israel memang beragam dan benih dilemparkan begitu saja. Beda dengan di Indonesia. Akibatnya, ada yang jatuh di pinggir jalan, di tanah berbatu, di semak belukar, dan di tanah yang subur. Kesuburan tanah juga berbeda-beda, sehingga hasilnya pun tidak sama.

Allah juga ingin benih sabda-Nya jatuh di hati kita yang subur dan berbuah banyak. Namun, tidak selalu terjadi demikian. Kita termasuk yang mana? Kebanyakan kita mengakui diri kita seperti benih yang jatuh di semak berduri. Kita menerima Sabda Allah, tetapi tidak berakar dan tidak tumbuh subur, karena banyak beban dan masalah dalam hidup. Kita senang akan renungan lucu dan menarik, tapi sekadar hiburan di telinga. Itu berarti, Sabda Allah belum berbuah, apalagi berbuah lebat. Marilah kita senantiasa menjaga tanah hati kita agar tetap subur bagi bertumbuhnya benih iman dan kebaikan di dalam diri kita.

Tuhan, jadikanlah hatiku lahan yang subur untuk sabda-Mu; singkirkanlah segala penghalangnya, dan cairkanlah hatiku yang beku. Amin.

=========

Sumber: Ziarah Batin 2016

Kredit;renciorsw.blogspot.com