Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian: Jumat, 20 Maret 2015

Renungan Harian: Jumat, 20 Maret 2015

0
Renungan Harian: Jumat, 20 Maret 2015
Ilustrasi: Pengangkapan Yesus,id.wikipedia.org

Yoh. 7:1-2.10.25-30

Perlawanan Terhadap Yesus

Pertentangan antara Yesus dan para pemimpin agama Yahudi semakin memuncak. Karena itu Yesus tidak ingin berlama-lama tinggal di Yudea sebab para pimpinan Yahudi berencana untuk membunuh-Nya.  Tetapi ketika Yesus tampil dengan leluasa dan berkotbah di Bait Allah, orang banyak heran pada hal  ada permusuhan yang memanas antara Yesus dan pemimpin agama Yahudi. Orang-orang banyak itu kagum akan keberanian Yesus  yang tampil di depan umum dan tidak mengindahkan ancaman para pemimpin agama Yahudi. Mereka semakin kagum lagi ketika di tengah suasana yang memanas itu, Yesus masih berani menyampaikan khotbah.

Kekaguman mereka kepada Yesus menyebabkan mereka tergoda untuk berpikir jangan-jangan Yesus ini memang adalah Mesias yang diramalkan para nabi dan para pemimpin agama Yahudi barangkali sudah mengetahui hal itu? Tetapi pikiran seperti itu segera dibuang jauh-jauh karena mereka tahu asal-usul Yesus. Mereka tahu bahwa Yesus berasal dari Nazareth. Mereka juga mengenal orangtua-Nya – Maria dan Yosef yang sangat sederhana, tukang kayu dari Nazareth. Saudara-saudara-Nya mereka kenal. Tidak mungkinlah kalau Yesus itu Mesias. Tidak ada yang tidak bisa diketahui tentang Dia. Sedangkan kalau Mesias datang, orang tidak tahu dari mana Dia berasal dan bagaimana keberadaannya?

Memang mereka percaya bahwa Mesias itu pasti akan dilahirkan di Betlehem karena raja Daud berasal dari sana. Tetapi selain itu tidak ada hal  yang bisa mereka ketahui tentang Mesias. Ada sebuah pepatah Yahudi yang mengatakan bahwa ada tiga hal yang tidak diketahui karena terjadi secara tiba-tiba yakni kedatangan Mesias, keberuntungan, dan disengat  kalajengking. Ketika Santo Yustinus berdebat dengan seorang Yahudi tentang kedatangan Mesias, orang Yahudi itu berargumentasi: “Kalaupun Mesias itu sudah lahir dan entah berada di mana, tetapi Dia tidak dikenal dan tidak mempunyai kekuasaan apapun sebagai Mesias sampai tiba waktunya Elia datang untuk mengurapi-Nya dan memaklumkan kehadiran-Nya di tengah umat Israel”.

Orang-orang Yahudi percaya bahwa Mesias datang melalui tanda-tanda yang luar biasa. Yesus itu terlalu biasa-biasa untuk dipercayai sebagai Mesias. Mereka juga mencari Allah dalam tanda-tanda yang luar biasa dan sulit mengakui kehadiran Allah dalam hal-hal yang biasa-biasa saja. Pada hal dalam kenyataannya Allah bisa hadir dalam peristiwa yang biasa dan sehari-hari asal saja kita cukup peka dan membuka diri terhadap kehadiran-Nya.

Menanggapi keberatan mereka Yesus kembali menegaskan dua hal. Pertama, benar bahwa mereka tahu siapa Dia dan dari mana Dia berasal. Tetapi yang mereka tidak tahu adalah bahwa Dia langsung berasal dari Bapa. Kedua, orang-orang Yahudi tidak mengenal Allah, tetapi Yesus mengenal Allah karena Dia adalah Bapa-Nya. Kedua pernyataan Yesus ini menimbulkan kemarahan pada para pimpinan agama Yahudi. Mereka merasa tersinggung karena sebagai bangsa terpilih mereka malah dituduh tidak mengenal Allah. Lebih dari itu Yesus dituduh telah melakukan penghujatan terhadap Allah karena mengganggap Diri-Nya sama dengan Allah. Kedua hal itulah yang membuat mereka semakin berusaha untuk secepatnya menghabisi Yesus.

Kalau diamati secara sungguh-sungguh, maka sebetulnya perlawanan pimpinan agama Yahudi terhadap Yesus disebabkan karena ketegaran hati mereka untuk percaya pada ramalan-ramalan para nabi tentang kedatangan Mesias. Mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah. Karena ketidak-percayaan itu, Yesus berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Kita adalah Israel baru yang mengakui Yesus sebagai Putera Allah. Tetapi pengakuan Yesus sebagai Putera Allah tidak cukup dengan kata-kata atau ucapan bibir. Pengakuan itu harus mesti diwujudkan dalam perbuatan yakni mengikuti perintah-perintah Yesus sebagaimana tertuang di dalam Injil. Intisari dari Injil nampak dalama perintah Yesus untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan dan mencintai sesama manusia seperti diri sendiri. Semoga Tuhan menyertai kita.

 

Credit Foto: perlawanan terhadap Yesus, id.wikipedia.org