Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian, Jumat: 18 Agustus 2017, Mat.19: 3-12

Renungan Harian, Jumat: 18 Agustus 2017, Mat.19: 3-12

ENGAN sangat bagus, para pendahulu negeri ini menghayati kemerdekaan yang diproklamirkan itu sebagai anugerah Allah. Konstitusi negara kita mencatat keyakinan itu dalam kata-kata, “Atas berkat rahmat Allah yang Mahakuasa…” (Pembukaan UUD 1945). Terungkap di dalamnya keyakinan akan penyertaan Allah dalam sejarah bangsa Indonesia.

Yosua menguraikan campur tangan dan penyertaan Allah dalam sejarah bangsa Israel. Peristiwa demi peristiwa dikenang agar bangsa itu benar-benar percaya dan yakin bahwa Allah mereka adalah Allah yang setia pada janji-Nya. Kesetiaan Allah telah terbukti dari generasi ke generasi. Karena itu, sudah seharusnya mereka bersandar pada kesetiaan Allah. Allah yang setia menghendaki agar manusia juga setia. Hukum perkawinan yang Allah kehendaki menuntut kesetiaan. Ketegaran hati manusialah yang membuat ikatan perkawinan itu hancur. Yesus mengingatkan hakikat perkawinan yang dikehendaki Allah. Demikian pula halnya jika ada orang yang tidak mau menikah demi Kerajaan Allah. Mereka dituntut hal yang sama, yakni kesetiaan pada pilihan hidup. Jadi, bukan bentuk pilihan hidup yang membuat manusia berkenan kepada Allah, tetapi kesetiaan dan komitmen diri terhadap pilihan hidup itu. Apakah kita juga sudah komitmen dengan pilihan-pilihan kita sendiri?

Ya Allah yang setia, yakinkanlah aku akan kesetiaan-Mu dan semoga aku setia terhadap pilihan hidup yang aku pilih sebagai hal yang berkenan kepada-Mu. Amin.

Sumber: Ziarah Batin 2017

Kredit Foto: Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia