ANUSIA menolak percaya kepada kebenaran, karena menghamba kepada kepentingan diri dan popularitas. Bahkan orang benar sering diasingkan dari masyarakat karena memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Orang benar dienyahkan dari pergaulan, sebab dengan laku hidup mereka, keburukan orang-orang jahat makin terlihat. Mereka menjadi ancaman, sehingga layak diasingkan ataupun dibunuh. Hal inilah yang dialami oleh Yesus, sang Kebenaran Sejati.. Semua perihal baik yang diwartakan dan ditawarkan-Nya, dilihat sebagai sesuatu yang buruk di mata mereka yang membenci-Nya
Orang-orang yang mulai percaya kepada Yesus masih meragukan bahwa Dia adalah Kristus atau Mesias. Mereka mengenal Yesus secara dangkal, sebatas mengetahui asal-usulnya semata. Mereka tak mengenal Bapa yang mengutus-Nya. Pengenalan yang dangkal ini pun berujung pada penolakan.
Iman kita pun sering tidak mendarat pada pengenalan yang mendalam akan Tuhan. Kita cenderung mendamba terjadinya hal-hal luar biasa untuk menjadi lebih percaya. Padahal, setiap hari kita mengalami mukjizat-mukjizat sederhana yang dikerjakan Tuhan bagi hidup kita. Yesus hadir sebagai Allah yang bisa kita kenal secara manusiawi. Ia memperjuangkan kebenaran dan kehidupan dalam pewartaan-Nya. Kita pun diundang untuk mengamalkan iman dalam tindakan kasih, jujur dan adil dalam hidup sehari-hari.
Tuhan Yesus, ajarlah aku untuk merasakan dan melihat kehadiran-Mu dalam hidup sehari-hari, dalam orang-orang biasa yang kujumpai, terutama dalam mereka yang paling membutuhkan, agar aku dapat mengamalkan imanku dalam tindak kasihnyata dalam mereka. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit OBOR, Indonesia
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.