ABI Yesaya mengingatkan umat Yehuda untuk kembali bertobat kepada Tuhan. Sebab, mereka mengalami kemerosotan moral dan jatuh pada penghayatan agama yang mengutamakan formalitas, tetapi hati mereka jauh dari Tuhan. Secara lahiriah mereka hanya menjalankan ritual keagamaan seperti berdoa, berpuasa, merayakan hari sabat dan lain-lain. Mereka mengabaikan prinsip dasarnya, sehingga kehilangan makna yang sesungguhnya. Yesaya menegaskan bahwa puasa yang tidak dilandasi oleh spiritualitas yang benar akan sia-sia belaka. Sebab, puasa yang dikehendaki Allah bukan sekadar menahan diri untuk tidak makan dan minum atau sekadar menjalankan hukum agama. Lebih dari itu, puasa merupakan kesediaan hati untuk bertobat dan merendahkan diri di hadapan Allah.
Hal ini juga yang diserukan Yesus dalam kisah Injil hari ini. Berpuasa yang dimaksud Yesus sangat berbeda dengan yang dilakukan orang pada umumnya. Manusia cenderung memamerkan penghayatan religiusnya di hadapan orang lain demi menuia pujian.
Karena itu, Yesus berkata: “Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.” Puasa semacam ini hanya sekadar formalitas belaka dan tak memiliki makna.
Dengan kemajuan teknologi informasi, kita mudah jatuh dalam penghayatan keagamaan yang dangkal. Kita merayakan ekaristi atau berpuasa, misalnya, sebelum akhirnya memamerkan aktivitas tersebut di media, meskipun sebenarnya kita tak sungguh-sungguh menghayatinya. Kegiatan-kegiatan keagamaan dilakukan tak lebih sebagai bahan untuk diviralkan melalu media. Injil hari ini mengingatkan kita akan nilai mendasar dari penghayatan keagamaan.
Ya Allah, aku bersyukur karena Engkau memberikan kesempatan untuk mengolah hidup kerohanianku. Semoga puasa yang aku jalankan bukan sekadar formalitas, namun sungguh aku hayati untuk pembaruan hidup sesuai kehendak Tuhan. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit Obor, Jakarta
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.