AK ada yang lebih membahagiakan bagi Yakub selain berjumpa kembali dengan Yusuf, anaknya, yang sekian lama disangka telah mati. Ia berkata, “Sekarang bolehlah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engaku masih hidup” (Kej. 46:30). Kisah yang mengharukan perjumpaan ayah dan anak ini bisa berbanding tebalik dari situasi penganiayaan yang akan mengabaikan hubungan kekeluargaan. Dalam Injil, Yesus memperingatkan agar para pengikut-Nya siap menghadapi berbagai kemungkinan terburuk, sebab pada saat itu Roh Bapa akan mengatakan apa yang harus mereka katakan (bdk. Mat.10:19-20). Para murid akan dibenci semua orang karena nama Yesus, tetapi yang bertahan dalam imannya akan selamat. Kesediaan mengikuti Kristus tidak akan menjauhkan para murid dari berbagai kesulitan, tetapi Roh Bapa akan melindungi mereka supaya jangan binasa. Penyertaan Allah menjadi jaminan bagi semua orang yang setia dalam iman.
Di zaman kita ini banyak keluarga yang terpecah hingga dipandang tak dapat lagi diperdamaikan, Kita perlu bersikap realistis terhadap masalah yang sering kali sudah begitu rumit. Kendati tampaknya sulit bersatu lagi, keluarga-keluarga itu masih dapat diajak untuk tetap berkomunikasi, tanpa memaksakan sebuah persatuan. Dalam komunikasi, kita percaya bahwa Roh Bapa akan terus bekerja untuk menumbuhkan kesetiaan.
Yesus Kristus, Engkau mengharapkan agar kesetiaan tetap dijaga dalam situasi keterpecahan dunia. Semoga aku mengikuti dorongan Roh Kudus mengusahakan perjumpaan-perjumpaan yang bermakna dalam keluarga. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2017
Kredit Foto: Menghadapi kemungkinan terburuk/Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.