arangsiapa menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk  berperang. Begitulah bunyi pepatah bahasa latin yang terasa kontradiktif, namun dalam kenyatan sering kali benar. Itulah yang diajarkan oleh dunia. Jika kita menginginkan perdamaian, kita harus berkuasa dan kuat, sehingga takada yang berani melawan kita. Namun ajaran Tuhan bukan ajaran dunia. Raja Damai yang diwartakan di sini bukanlah raja yang perkasa: inilah wajah Putra Manusia yang demi ketaatan kepada Allah dan  kesetiaan kepada manusia rela menderita sengsara: Rupanya begitu buruk, tidak seperti manusia lagi, dan tampaknya tidak seperti anak manusia lagi, demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, dan raja – raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia.

Wajah Yesus yang disiksa adalah wajah orang–orang yang menderita karena dosa-dosa kita.

“Tetapi sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yangdipikulnya….” Sesungguhnya dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita: derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya dan oleh bilur- bilurnya kita menjadi sembuh.” 

Sungguh perenungan kita akan sengsara Tuhan tak  boleh berhenti pada masa sedih atau bela rasa. Namun terutama pada penyesalan dan pertobatan, pada tekad untuk berdamai dengan Tuhan dan sesama.

Ya Tuhan, aku tak kuasa menutup perasaan sedih dan pedih memandang wajah-Mu yang terluka dan berlumur darah hingga meregang nyawa di kayu salib, Ampunilah aku orang berdosa ini. Aku berjanji akan merawat wajah-Mu dengan menyembuhkan luka-luka sesamaku.  Amin.

Sumber: Ziarah Batin 2017

Kredit Foto: Kematian Yesus di salib/Aleteia.org.