ILustrasi (Ist)

ITA sering merasa dan mengakukan dosa pelanggaran peraturan, misalnya tidak hadir misa pada hari Minggu, marah atau menyakiti orang lain. Kita menyesal atas dosa kita karena takut. Takut Tuhan nanti tidak memelihara kita, bahkan mencelakai kita, pertobatan karena takut seperti dinyatakan oleh Nabi Hosea ini memang lumayan, namun sebenarnya belum cukup, karena masih didasarkan pada cinta diri, kebaikan ego kita. Belum cukup untuk mendekatkan kita pada Tuhan dan Kerajaan Surga.

Pertobatan sejati haruslah bertolak dari rasa kasih. Kita menyesal karena belum sungguh mengasihi Tuhan di atas segala sesuatu, karena belum sungguh mengasihi sesame seperti diri sendiri. Kita menyesal sementara kita misa atau berdoa, kita masih memikirkan yang lain, bukan Tuhan. Kita memberi persembahan kepada Tuhan tanpa cinta. Kita mungkin tidak marah atau menyerang orang lain, namun juga tak pernah peduli dan mengasihi mereka, karena lebih suka menikmati hidup kita sendiri. Banyak orang Katolik merasa baik-baik saja asal sudah ke gereja pada hari Minggu dan memberi kolekte, namun tak pernah menggereja, tak pernah kenal atau peduli dengan saudara-saudarinya se-Bapa. Kita perlu sampai pada kesadaran iman yang benar  seperti ahli Taurat itu: “mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap pengertian, dan dengan segenap kekuatan, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri lebih utama daripada semua kurban dan persembahan”, Hanya jika kita sampai pada kesadaran ini dan melaksanakannya, Tuhan Yesus akan meneguhkan kita: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah”

Bapa, sadarkanlah aku senantiasa bahwa di atas segalanya, aku ini anakmu yang terkasih. Anak yang seharusnya mengasihi Engkau di atas segalanya, dan mengasihi dan peduli pada sesamaku sebagai saudara-saudari se-Bapa. Amin.

 Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit OBOR, Indonesia