ALAH satu upaya yang dianjurkan di Tahun Kerahiman Ilahi adalah intensitas penerimaan Sakramen Tobat. Pada kenyataannya, kemauan untuk mengakukan dosa melalui sakramen tobat dilihat masih belum memadai. Rupa-rupa alasan di balik keengganan itu. Rasa malu, belum tahu bagaimana mesti mengaku dosa, tidak merasa bahwa dirinya berdosa, dan boleh jadi ada kesombongan manusiawi karena keengganan mengakui kebobrokan diri.
Pengakuan dosa membutuhkan kerendahan hati untuk “menelanjangi” diri dengan mengakui kekurangan dan kelemahan. Karena itu, pengakuan dosa menuntut ketulusan, keberanian, dan kerendahan hati di hadapan Allah untuk mengakui kedosaan dan menyesalinya (bdk. Bar. 1:15b-19.21-22). Yesus sendiri mengecam keangkuhan dan ketegaran hati karena keengganan mengakui kedosaan dan hidup berkeutamaan. Kecaman Yesus terhadap mereka yang tidak mau bertobat merupakan penegasan dan peneguhan dalam kerangka perutusan para murid untuk mewartakan pertobatan dalam menerima warta Kerajaan Allah (Bdk. Luk.10:16)
Apakah kita sudah mengakukan dosa-dosa? Sejauh mana kita sadari bahwa kita telah berdosa? Apa upaya kita untuk melakukan pembaruan dalam hidup?
Tuhan Yesus, ampunilah dosa-dosaku, Berilah rahmat-Mu agar aku dapat memperbaruai hidupku hari demi hari. Amin.
Renungan Harian ini diambil dari Buku “Ziarah Batin 2017”, Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta.
Kredit Foto : Paus beri pengakuan dosa/GerejaKatolik – blogger
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.