Budaya Kritik
Bacaan I: Kol. 1:15-20, Injil: Luk. 5:33-39
LUK 5:33 Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.”
Luk 5:34 Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?
Luk 5:35 Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Luk 5:36 Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: “Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu.
Luk 5:37 Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur.
Luk 5:38 Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.
Luk 5:39 Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.”
Renungan
Orang-orang Farisi menghasut murid-murid Yohanes untuk melancarkan kritik kepada Yesus tentang murid-murid-Nya yang tidak berpuasa. Mereka berkata:” Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembayang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum”. Di sini sudah tampak kelihatan budaya saling kritik dan saling menjatuhkan dalam hidup beragama. Secara ideal setiap agama memiliki tugas untuk mengajarkan damai dan kasih satu sama lain. Namun, yang terjadi kerap kali adalah kadang di dalam agama maupun antaragama terjadi kekerasan untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Antaranggota Gereja Saling menjelek-jelekkan satu sama lain. Bahkan paling mengerikan adalah ketika agama dijadikan legitimasi untuk salinmg berperang. Namun itulah kenyataannya.
Kisah murid-murid Yesus yang dikritik oleh ahli Taurat dan orang Farisi ingin menunjukkan bahwa sebernarnya kekerasan dipicu oleh sikap irihati. Orang Farisi dan ahli Taurat tidak merasa aman dengan munculnya seorang nabi baru yang sangat popular dan mengagumkan. Maka merek mulai melancarkan serangan untuk menjatuhkan. Ini mirip seperti kampanye hitam yang sering terjadi saat kita melakukan PEMILU tahun lalu.
Tugas kita sebenarnya adalah bagaimana agama menjadi juru damai di dunia ini dan bukannya penyebab kekerasan.
Ya Bapa, semoga semua orang yang mengaku beragama sungguh-sungguh menjalankan imannya dengan baik untuk menebarkan kasih dan damai satu sama lain.Amin.
Sumber : Ziarah Batin 2015
Credit Foto:Kritik yang membangun,bahasa.kompasiana.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.