Mat 9:27 Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.”
Mat 9:28 Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya.”
Mat 9:29 Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.”
Mat 9:30 Maka meleklah mata mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: “Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini.”
Mat 9:31 Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu.
Renungan
Dalam Kitab Suci, Allah selalu digambarkan sebagai Allahnya orang-orang yang lemah. Kitab Suci sering membandingkan nasib orang lemah dan orang perkasa di hadapan Tuhan yang lemah selalu dibela, sementara yang perkasa dihancurkan. Tentunya ini bukan ungkapan tentang Allah yang pilih kasih. Tetapi sebuah ungkapan iman bahwa di dalam kegelapan dan keputusasaan Tuhanlah harapan terbesar dan satu – satunya.
Nabi Yesaya menyerukan hal ini kepada bangsa terpilih, terutama mereka yang dibelenggu oleh penjajahan dan penindasan, supaya mereka tetap percaya bahwa di dalam Tuhan harapan tak pernah sirna, bahwa keselamatan dan pembebasan akan datang bagi mereka. Kepercayaan dan harapan itu juga yang ditampilkan oleh kedua orang buta yang disembuhkan Yesus . Kepercayaan dan harapan membuat mereka melihat Yesus dan kuasa-Nya meski mata mereka buta dan kegelapan selalu meliputi hidup mereka.
Kepercayaan dan harapan adalah kekuatan yang memampukan kita tetap melihat secercah cahaya dan keselamatan meski hidup kita sedang dirundung kegelapan dan tanpa daya. Dalam setiap kegelapan dan kesesakan orang beriman ditanya oleh Yesus,” Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?”
Tuhan Yesus Kristus, terangilah jalan hidupku dan kuatkan imanku supaya tidak tenggelam oleh kegelapan dan ketidakberdayaan. Amin.
========
Sumber: Buku Ibadat Harian Ofisi Menurut Ritus Roma Diterbitkan Oleh PWI-Liturgi, 1995, Penerbit Nusa Indah Ende.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.