ONSISTENSI selalu diandaikan dalam kehidupan beriman. Artinya, ada kesesuaian antara apa yang diyakini dan apa yang dilakukan seseorang dalam keseharian. Petrus mengatakan “Jika ada orang yang beribicara, baiklah ia berbicara sebagai yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan dari Allah” (1ptr. 4:11). Dengan kata lain, tindakan iman bukanlah suatu ‘tambahan’ bagi kehidupan yang dijalani, melainkan sesuatu yang dapat mengubah diri seseorang dari dalam. Dalam Injil, Yesus menegur banyak orang dengan tindakan simbolik di halaman Bait Allah, agar mereka belajar menggunakan rumah doa sebagaimana seharusnya. Pohon ara yang didapati Yesus tidak berbuah juga menggambarkan kehidupan iman yang seakan-anak hanya demi penampilan saleh semata, tanpa hasil yang real.
Kehidupan kita mestinya jadi lebih bersungguh-sungguh karena iman. Langkah pertama mewujudkan kesungguhan iman ialah dengan mencocokkan satu per satu keyakinan kita pada perkataan serta tindakan sehari-hari. Dengan begitu, iman kita bukanlah suatu hiasan di hadapan orang lain, melainkan ungkapan yang lahir dari relasi personal dengan Allah.
Yesus, Guru batinku, semoga aku memelihara kepekaan untuk bersungguh-sungguh dalam mengungkapkan iman melalui perkataan dan perbuatan. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.