Allah adalah Kasih, ilustrasi dari www.tizianagironi.it

Bacaan I: 1Yoh. 4:7-10, Bacaan Injil: Mrk. 6:34-44

 Renungan:

Pada hari ini Yohanes menulis kalimat kunci. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Lewat pelbagai macam metode atau pendekatan dalam psikologi, sosiologi, antropologi, maupun cara-cara berrelasi dan berkomunikasi, orang mungkin bisa mengetahui banyak tentang cinta. Akan tetapi, kerap kali itu semua masih dalam taraf teori. Yang sebenarnya lebih diperlukan adalah pelaksanaan cinta kasih tersebut. Mereka yang telah memahami cinta dan kasih secara teoretis itu seringkali justru baru memahami sedikit tentang kasih Allah.

 Ada kecenderungan bahwa cinta yang dipelajari manusia adalah cinta yang dianggap datang dari diri manusia sendiri. Menurut Yohanes, cinta kasih tak bisa tidak harus datang dari pengenalan manusia akan Allah. Pengenalan akan Allah tak bisa diperoleh hanya melalui pengertian. Pengenalan itu haruslah dialami. Perjumpaan dengan Allah bukanlah suatu teori, melainkan suatu perjumpaan yang personal. Relasi yang terbentuk sebagai buah perjumpaan personal dengan Allah niscaya akan memberikan bukan sekadar pengertian akan cinta kasih itu, melainkan pengalaman akan-Nya dan akan kasih-Nya.

 Kasih Allah memiliki cara-cara unik untuk mewujudkan dirinya secara konkret dalam setiap situasi. Kasih Allah inilah yang ditunjukkan penginjil Markus dalam kisahnya hari ini. Berkat kasih Allah yang terwujud dalam diri Yesus, terjadilah suatu mukjizat. Sedikit roti dan beberapa ekor ikan ditambah kasih Allah melalui Yesus Kristus menghasilkan hasil yang fantastis. Hasilnya adalah lima ribu lebih orang yang kenyang alias terbebas dari kelaparan. Jelas sekali, dalam peristiwa mukjizat tersebut, elemen utamanya bukanlah roti dan ikan. Mukjizat adalah penjumlahan sekaligus perkalian kasih Ilahi dan kepasrahan manusiawi. Di dunia modern sekarang ini, kita hanya memiliki sedikit roti dan anggur sebagai rejeki hari ini yang dirayakan dalam Ekaristi. Dalam perayaan tersebut, kita memohon berkat Allah. Roti dan anggur itu akan menjadi makanan rohani kita. Dengan itu kita diperkuat dengan kasih Allah yang telah digandakan di altar dan di dalam kepenuhan iman hati masing-masing orang yang merayakannya. Dari situ kita memperoleh semangat untuk mengamalkan kasih-Nya dalam wujud kerja kita.

Keterangan Foto: Allah adalah Kasih, ilustrasi dari www.tizianagironi.it