3 Yoh. 1:5-8 : Luk. 18:1-8
Menolong orang dalam perjalan adalah tindakan yang terpuji. Pertolongan kepada setiap jangan dipahami dalam lingkup yang sempit. Menolong orang lain dalam perjalanan dikaitkan dengan perjalanan hidup mereka. Orang lain adalah bagian dari kita yang lain. Untuk itulah menolong sesama adalah pertolongan yang juga dialamatkan kepada kita sendiri. ini bukan soal balas budi agar kita dipuji. Ini soal hidup bersama. Ini bukan soal agar kita dikenal baik. Tetapi ini soal bagaimana kita mengaplikasikan kebaikan yang telah Tuhan buat untuk kita.
Pertolongan yang harus kita buat di dunia ini adalah tentang bagaimana kita menolong diri kita sendiri dan sesama. Dan itu ada kaitannya dengan membantu sesama untuk menemukan jati diri. Membantu sesama dan diri untuk menempuh perjalanan ke dalam diri. Terutama untuk menempuh perjalanan dalam menemukan kebenaran yang adalah Tuhan sendiri. Ini butuh proses. Proses yang kita jalani adalah proses hidup tentang bagaimana kita siap untuk ditantang dengan berbagai tantangan hidup. Terlebih tentang bagaimana kita mempertahankan jati diri dalam kebenaran akan Tuhan.
Berbagai pengalaman telah kita alami dalam hidup. Salah satu pengalaman yang kita alami adalah tentang hidup doa. Hal yang sama sekali tidak dapat dipungkiri terkait dengan doa adalah tingkat kebosanan. Terkadang doa yang dibuat hanya untuk memenuhi syarat duniawi tanpa kekuatan imani dalam Allah. Kita terkadang tidak melihat kekuatan dalam sebuah doa. Alhasil, doa kitapun hanya sekedari dengan hiasan kata-kata yang indah tetapi tidak didukung dengan keikhlasan untuk berdoa dalam sikap yang nyata. Bahkan kita akan merasa bosan dengan doa yang tak jemu-jemu kita buat. Maka, hal yang harus kita dalami adalah tentang kebosanan yang sering terjadi dalam doa-doa kita. Apakah kita sungguh percaya bahwa doa yang selalu kita buat benar-benar memiliki kekuatan atau tidak? Ataukah hanya sebatas seremonial/ritual belaka untuk mengatakan bahwa kita sungguh beriman? Doa menjadi jalan pulang untuk menemukan kembali diri kita dalam Allah. Kita akan menemukan segalanya dalam keheningan doa.
Belajarlah untuk mencintai hidup doa, karena di situlah kita akan menemukan Allah sebagai jawaban hidup dari semua pertanyaan tentang hidup yang kita jalani. Tentang kebosanan yang mendera dalam hidup doa kita. Sungguh. Dan ini ada. Karena orang yang datang terus menerus kepada Tuhan untuk memohon pasti akan dikabulkan. Bukan layaknya hakim yang lalim yang mengabulkan dengan dalil agar tidak lagi diganggu dan disusahkan oleh janda yang memohon padanya. Unsur belaskasih dari hakim itu hanya untuk bertujuan agar tidak lagi “diganggu”. Artinya belaskasih si hakim berasal dari faktor luar dari dirinya tetapi belaskasihan Tuhan itu keluar dari hati-Nya yang paling lapang. Hati yang paling ikhlas tanpa tendensi untuk diri-Nya sendiri. karena Ia sendiri murah hati.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.