Yoh. 2:3-11, Luk. 2:22-35
Luk 2:22 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
Luk 2:23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”,
Luk 2:24 dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
Luk 2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
Luk 2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
Luk 2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,
Luk 2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:
Luk 2:29 “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,
Luk 2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
Luk 2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,
Luk 2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”
Luk 2:33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.
Luk 2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
Luk 2:35 dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri?,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”
Pada suatu hari seorang imam bertanya kepada umatnya:”Apakah anda siap kalau saat ini dipanggil oleh Tuhan?” Tiba-tiba seorang ibu tua berseru keras; “Saya siap Romo, karena saya sudah capai dengan hidup ini. Saya sudah tidak tahan lagi menghadapi begitu banyak masalah yang tidak pernah selesai-selesai.”
Ibu tua ini melihat kematian sebagai satu-satunya jalan pembebasan bagi masalah yang sedang dihadapi. Apakah benar merindukan kematian semacam ini?
Mari kita bandingkan dengan apa yang terjadi dengan Simeon. Dia siap menghadap kepada Tuhan karena ia telah diperkenankan melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Dia mengalami kedamaian dan sukacita yang berasal dari Allah sendiri.
Kalau demikian, si ibu tua itu memohon kematian karena dia sedang menghadapi kegelapan yang tidak tertahankan; sedangkan Simeon memohon karena dia sudah mendapatkan kedamaian.
Tuhan, Engkau tidak menghendaki satu manusia pun binasa. Engkaulah Allah yang memelihara ciptaan-Mu. Semoga aku pun senantiasa memelihara persatuan dan tali kasih dalam keluargaku. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2014
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.