2 Yoh. 1:4-9  : Luk 17:26-37

Kita akan sangat merasa kehilangan bila sahabat terbaik pergi meninggalkan kita. Entah kepergiannya hanya sesaat dan akan kembali ataupun juga bila tidak akan kembali lagi. Kita mulai berpikir tentang kehidupan kita selanjutnya tanpa kehadiran sahabat kita. Siapa yang akan menggantikan posisi mereka? Apakah akan sama dengannya bila orang lain hadir dalam pertemanan selanjutnya? Berbagai pertanyaan lainnya juga akan merambah masuk dalam perjalan hidup kita paling kurang untuk beberapa waktu ke depan.

            Kehilangan itu memang merupakan sebuah kenyataan bahwa kehidupan kita ini selalu tidak dapat kita tebak. Akan apa jadinya kita nanti? Seperti apakah masa depan kita? Bahkan ekstrimnya, bila tidak mampu mengatasi konflik bathin dalam diri kita sendiri terkait dengan “akan seperti apakah nasib kita ke depan” maka kehilangan terbesar sebenarnya bukan pada faktor X di luar diri kita. Kehilangan terbesar adalah tentang diri kita sendiri yang larut dalam kemelut diri sendiri.

            Kristus dalam perikope surat kedua Yohanes, mengetengahkan kepada kita tentang kasih-Nya. Kasih yang sejak semula telah dinyatakan Bapa bagi-Nya dan untuk kita sekalian. Kita terkadang menyesatkan diri sendiri dengan persoalan yang sebenarnya dapat kita atasi dengan baik. Persoalannya ada pada bagaimana pengelolaan diri kita terhadap faktor X yang berasal dari luar diri kita. Kita kadang lebih cepat mempercayai faktor X yang bisa salah daripada kekuatan hati kita sendiri.

            Kita tercipta sebagai pribadi yang unik sebenarnya. Keunikan kita dengan demikian harus dinyatakan dalam tindakan kasih. Kasih yang bertitik tolak dan bertitik tuju sekaligus pada Kristus yang adalah kasih. Dan itu, kita temui bila kita secara mendalam masuk ke dalam diri kita sendiri untuk menyelami rahasia Allah yang nyata bagi kita. Pintu rumah Tuhan selalu terbuka.  Masukilah dan lihatlah betapa Tuhan telah memberikan segalanya yang kita impikan. Maka, kita harus berjuang untuk masuk. Perjuangannya memang tidaklah mudah. Namun kita tetap diberi kesempatan untuk berjuang menemukan Allah yang sebenarnya hadir setiap saat dalam keseharian kita.