P.W. Santo Yosafat, Uskup dan Martir
Bac. I: Keb. 7:22-8:1
Bac. Injil: Luk. 17:20-25
Bukan Sekadar Kata-kata
Di zaman sekarang seseorang seringkali mempunyai cita-cita yang tinggi, visi yang hebat akan tetapi lemah dalam perencanaan dan tidak memperhitungkan proses. Banyak orang ingin mencapai suatu impian yang besar dengan hasil yang asal dan cepat. Orang jarang memperhitungkan proses dan langsung ingin sampai pada hasil yang memuaskan. Hal inilah yang menjadi alasan dari kegagalan yang dialami manusia zaman sekarang. Tidak ada shortcut dalam mencapai sebuah impian. Everything need process.
Memiliki suatu keinginan atau cita-cita tentu tidaklah salah, malahan setiap manusia harus mempunyainya guna memberi arti pada hidup yang diberikan Allah ini. Tapi kita juga harus sadar ada proses dalam mencapai suatu cita-cita.Hal yang sama berlaku dalam beriman, kita tidak bisa hanya berkata saya percaya dan langsung berharap untuk masuk kerajaan surga. Berkata saya percaya tidak serta merta membuat kita mampu untuk bertahan dari godaan dan cobaan dalam pencarian kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukanlah sebuah kerajaan seperti dalam pemikiran kita. Mencari kerajaan Allah berarti butuh keterbukaan diri terhadap kasih Allah dalam setiap proses pencarian di hidup ini. Perlu ada keteguhan hati (fortitudo) dan kebijaksanaan (prudentia) sehingga dapat menuntun kita pada kesetiaan menuju kerajaan Allah. Keteguhan hati dan kebijaksanaan adalah dua hal penting dalam hidup ini, dan lagi-lagi keduanya kita peroleh dalam sebuah proses. Keteguhan hati dan kebijaksanaan ini juga yang ada dalam diri Uskup Yosafat, dua hal ini menuntunnya pada kesetiaan akan Yesus Kristus hingga rela mengorbankan dirinya.
Beriman akan Yesus Kristus tidaklah hanya sekedar kata-kata, melainkan perbuatan. Hal ini perlu kita sadari sehingga dengan begitu kita dapat mengimani kata – kata Yesus mengenai kerajaan Allah, “Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di tengah-tengahmu”. Bukan disini bukan disana akan tetapi dapat kita lihat dan rasakan jika kita mau peka dalam melihat kondisi sekitar dan juga sesama kita manusia.*** (Fr. Arie)
Kredit Foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.