Luk 18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
Luk 18:10 “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
Luk 18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
Luk 18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Luk 18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Luk 18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” – See more at: http://www.hidupkatolik.com/2013/03/08/bacaan-injil-sabtu-9-maret-2013-luk-189-14#sthash.odEteZKF.dpuf
Renungan
Dalam Kitab Nabi Hosea ini, bangsa Israel memperlihatkan kepalsuan clan kesombongannya. Dalam sebuah upacara tobat, umat Israel seakan-akan berseru kepada Allah. Mereka tampak menyesal atas segala dosannya. Padahal kenyataannya, mereka belum sungguh-sungguh bertobat. Mereka masih mengandalkan kemampuan dirinya, bukan kekuatan Allah. Secara lahiriah mereka beribadah dan fisik mereka berada di bait Allah, namun hati mereka jauh dari Allah.
Seorang Farisi juga berlaku sama. Dalam bait Allah ia berada cli jajaran depan. Ia tampaknya berdoa kepada Allah dengan penuh kesalehan. Dalam doanya ia menonjolkan apa yang menjadi kelebihannya. Ia memandang positif pada dirinya. Sementara itu, orang lain (pemungut cukai),dilihatnya dengan kacamata negatif, dari sisi kesalahan dan kelemahannya saja.
Sebaliknya, pemungut cukai dengan perasaan takut datang kepada Allah. Oleh karena itu,ia hanya memilih tempat paling belakang. Namun demikian, ia sungguh-sungguh memandang Allah.
Ia menyandarkan dirinya pada kekuatan dan belas kasih Allah. Dalam kelemahan dan dosanya ia membuka diri bagi kerahiman Allah dan kekuasaan-Nya untuk berkarya. Dalam kerendahan hati dan kejujurannya, ia menemukan jalan rahmat dan pengampunan.
Tuhan menghendaki kejujuran clan kerendahan hati manusia, bukan kepalsuan dan kesombongan. Tuhan melihat keutamaan-keutamaan itu sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, melebihi kurban bakaran. Ia tidak menyukai kepura-puraan dan kemunafikan. Kita pura-pura baik kepada orang lain padahal menyembunyikan intrik licik di balik itu. Kita tampil sebagai orang yang pemurah, penuh belas kasih dan penyayang, padahal itu hanyalah topeng kepalsuan sekadar untuk dipuji orang. Bercermin pada umat Hosea dan orang Farisi yang manis di bibir dan arogan, mari kita berbenah diri untuk menjadi orang yang suci hatinya dan tulus dalam berbelas kasih.
Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini, dengan anugerah pengampunan-Mu.
======
Sumber: Ziarah Batin 2016
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.