Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian│Sabtu, 23 Januari 2016 Hari Biasa (H)│ 2Sam.1:1-4.11-12.19.23-27; Mrk.3:20-21│

Renungan Harian│Sabtu, 23 Januari 2016 Hari Biasa (H)│ 2Sam.1:1-4.11-12.19.23-27; Mrk.3:20-21│

Raja Saul,www.eitschaim.org: Ilustrasi (Ist)

“KEPERMAIANMU, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu. Betapa gugur para pahlawan!” (2Sam.1:19). Ungkapan keharuan ini terungkap dalam sebentuk elegi yang diucapkan Daud saat mendengar kematian Raja Saul dan sahabatnya, Yonatan. Daud meratapi kematian Saul yang adalah raja terurapi. Selain itu, Daud juga menangisi Yonatan sahabatnya yang berhati mulia. Yonatan ini juga seorang pribadi yang senantiasa menempatkan persahabatan di atas segalanya. Bagi Daud, Yonatan adalah sahabat sejati Daud. Melalui eleginya, Daud hendak mengajarkan kepada kita betapa pentingnya memberikan apresiasi atau penghargaan kepada mereka yang terurapi Allah, yang secara khusus diberi tanggung jawab untuk menyejahterakan bangsa. Setiap orang yang memiliki tanggung jawab semacam itu patut mendapat apresiasi dan penghargaan yang wajar. Selain penghargaan, kepada mereka juga patut diberikan rasa hormat dan dorongan semangat dengan doa-doa sebagai wujud dukungan untuk tugas mereka itu. Dukungan baik itu tetap harus diberikan walaupun dalam perjalanannya mengemban tugas mulia itu, orang yang terurapi itu melenceng, tak berjalan pada jalan yang benar, seperti yang dilakukan Saul.

Daud juga mengajarkan betapa indahnya kesetiaan dalam ikatan persahabatan. Dalam eleginya, Daud memuji kesetiaan dan kasih Yonatan terhadap ayahnya, Raja Saul, meskipun Yonatan mengetahui benar bahwa ayahnya itu banyak melakukan kekeliruan, bahkan kejahatan. Sebesar apa pun kekeliruan maupun kesalahan orangtua, mereka harus tetap dikasihi dan dihormati, dengan tindakan-tindakan yang wajar dan sepatutnya.

Orang yang berjuang bagi kepentingan banyak orang, mereka yang setia pada ikatan persahabatan, orang-orang muda yang mengasihi orangtuanya sampai usia uzur adalah pahlawan-pahlawan kemanusiaan. Semoga di akhir hayat kita nanti akan ada elegi yang dilantunkan orang-orang di sekitar kita karena kita telah melakukan hal-hal yang luhur dan mulia, mendahulukan kesejahteraan orang banyak, setia pada ikatan persahabatan dan kemanusiaan, serta menghormati orangtua.***

 

Kredit Foto:Raja Saul,www.eitschaim.org: Ilustrasi (Ist)