SESUDAH itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan merekapun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.
Renungan
Allah adalah Kasih. Siapa saja yang tetap berada di dalam Kasih, ia tetap berada di dalam Allah, dan Allah ada di dalam dia. (Bdk. 1Yoh.4:16). Kasih Allah selalu ditawarkan kepada setiap insane manusia. Tidak peduli manusia menerima atau menolak, Allah tetap mengasihi manusia.
Kasih Allah itu bersifat kekal dan tidak dapat dibatasi oleh siapapun. Kasih Allah sempurna. Kasih Allah sempurna. Kasih Allah tampak dalam diri Yesus Kristus yang tidak gentar menghadapi segala penolakan dan hukuman mati. Kasih-Nya total kepada manusia agar manusia mengalami keselamatan. Yesus berjalan di atas air dan menenangkan badai di malam yang kelam, mengingatkan kita semua yang percaya kepada-Nya bahwa jika ada iman dan kasih kepada-Nya, semua jalan terbuka. Kecemasan bakal berubah menjadi ketenangan. Badai bakal berubah menjadi keteduhan.
Berlayar bersama Yesus, ombak pun teduh…itulah yang dialami para murid Yesus. Dalam hidup ini, setiap orang mengalami kegalauan dan ketidaktenangan, karena berbagai faktor dan situasi. Namun, bila semuanya dipercayakan kepada Tuhan dengan iman dan kepasrahan, yakinlah persoalan dapat diselesaikan.
Ya Yesus sang juru mudi hidupku, buatlah hatiku menjadi tenang agar mampu melihat kehendak-Mu dalam berbagai pergumulan dan kegalauan hidup. Amin.***
Sumber: Ziarah Batin 2016.
Kredit Foto: Ilustrasi (Ist).
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.