“KETIKA Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan 1kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan! ” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan. ” Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat , lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.”
Renungan
Allah adalah Kasih. Ia begitu mengasihi dunia ini sehingga berkenan mengutus Putera-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita. Setiap orang yang percaya dan mengenal Allah, diutus untuk mengasihi. Karena hanya dengan tindakan mengasihi, kita dikenal sebagai anak-anak Allah.
Yesus di sela-sela kegiatan memperkenalkan Kerajaan Allah dan ajakan pertobatan, berjumpa dengan kerumunan orang yang lapar dan haus. Hati-Nya bersih dan murni tergerak oleh belas kasihan untuk memberi mereka makan. Perbuatan belas kasih lahir dari hati yang jernih dan murni sehingga mampu membaca dan menangkap apa yang dibutuhkan oleh orang-orang sekitarnya.
Kita kadangkala bisa sangat peka dan tanggap terhadap situasi dan keadaan orang-orang di sekitar kita. Hal ini menjadi mungkin bila ada juga kesempatan untuk hening di tengah kesibukan, sehingga kepekaan hati tetap terbangun dan terjaga terhadap realitas sekitar kita. Kadangkala kepekaan hati kita menjadi melemah karena hanyut dalam aktivisme tanpa refleksi. Baiklah juga dalam berbagai kegiatan harian, ada kesempatan untuk bermenung dan berdoa. Melalui jalan tersebut, hati menjadi lebih jernih, peka dan siap sedia untuk membaca dan menanggapi kebutuhan orang-orang di sekitar kita.
Ya Tuhan, Hati-Mu tergerak oleh belas kasihan terhadap orang-orang yang lapar dan membutuhkan perhatian. Semoga hatiku [un tergerak dan peka terhadap kebutuhan orang-orang di sekitar kami. Amin.***
Sumber: Ziarah Batin 2016.
Kredit Foto: Ilustrasi (Ist).
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.