Luk 7:11 Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.
Luk 7:12 Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
Luk 7:13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
Luk 7:14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
Luk 7:15 Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
Luk 7:16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”
Luk 7:17 Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Renungan
Yesus membangkitkan anak muda di Nain karena hati-Nya tergerak oleh belas kasihan melihat kesedihan ibu dari anak satu-satunya itu, yang sudah janda pula. Tiada terkira, betapa janda itu amat bersukacita karena anak satu-satunya yang telah mati kini hidup kembali berkat kuasa Tuhan Yesus.
Sukacita yang sama juga dialami Santa Monika, yang pestanya kita rayakan hari ini. Monika mengalami betapa Tuhan telah “membangkitkan” anaknya Agustinus dari kematian akibat dosa. Hidup Agustinus berubah total, bahkan kemudian ia menjadi seorang pemikir besar Gereja, yang kita kenal dengan Santo Agustinus. Hal ini terjadi berkat doa seorang ibu bagi pertobatan anaknya.
Santa Monika lahir tahun 331 dari keluarga Kristen di Tagaste, Afrika Utara. Salah seorang anaknya, Agustinus, paling mencemaskan hati ibunya karena keras kepala menjalani gaya hidup yang liar. Pengalaman dugem (dunia gemerlap) tidak asing bagi Agustinus. Bertahun-tahun Monika, ibunya, tekun berdoa agar ia bertobat dan kembali ke jalan Tuhan. Tuhan mengabulkan doa ibu yang saleh ini pada saat-saat terakhir menjelang kematiannya, yakni dengan dibaptisnya Agustinus. Sejak saat itu Agustinus mengikuti jalan Tuhan dengan tekun dan setia.
Hidup Santa Monika biasa-biasa saja sebagaimana lazimnya ibu-ibu yang lain. Ia juga mengalami kesulitan dan tantangan dalam hidup perkawinannya, mengalami kecemasan akan masa depan anak-anaknya, dsb. Namun, Monika menghadapinya dengan sikap seorang Kristiani: membawa semuanya di dalam doa dan memasrahkan sepenuhnya kepada campur tangan Tuhan untuk segala masalah yang di hadapinya. Ia percaya bahwa Tuhan Yesus akan hadir pada saat yang tepat dan menjawab doanya. Semoga iman Santa Monika ini meresapi kita semua.
Tuhan Yesus, aku percaya bahwa Engkau selalu hadir pada saat yang tepat di dalam hidupku. Semoga teladan Santa Monika, yang senantiasa menyertakan Engkau di dalam seluruh hidupnya, juga meresapi hidup keluarga-keluarga Kristiani di seluruh dunia. Amin.
===========
Sumber: Ziarah Batin 2016
Kredit :Santa Monika dan putranya, santo Agustinus, lingkunganpauluswonosari.blogspot.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.