St. Fransiskus dari Asisi
Ayb 42: 1-3. 5-6. 12-16, Luk 10:17-24
SUKACITA YANG LEBIH BERNILAI
“… janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga.” (Luk 10:20)
Kisah dari bacaan hari ini sangat menarik karena secara khusus kita diberitahu bahwa 70 murid kembali kepada Yesus penuh dengan sukacita. Mereka bersukacita atas apa yang mereka alami, yaitu bahwa mereka berhasil mewartakan kabar gembira kepada banyak orang. Para murid yang diutus ini juga keheranan atas keberhasilan mereka menaklukan setan. Peristiwa keberhasilan ini membuat mereka terkejut dan takjub karena dalam perikop sebelumya Lukas mengisahkan bahwa para murid gagal mengusir roh jahat dan ditolak oleh orang Samaria.
Kita juga mendapat banyak karunia dari Allah. Kita menerima keberhasilan dalam hidup. Kita diberi kesehatan. Kita bisa makan paling tidak dua kali sehari. Kita bersukacita ketika di meja terhidang makanan dan minuman apalagi yang sesuai selera dan boleh kita makan. Namun seperti kepada para murid, hari ini Yesus juga mengingatkan pada kita bahwa janganlah kita bersukacita hanya karena makanan dan minuman terhidang di hadapan kita, tetapi kita bergembira karena nama kita tercatat di surga. “… janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga.” Yesus juga gembira melihat keberhasilan mereka. Di tengah kegembiraan atas keberhasilan ini Yesus mengingatkan para murid agar jangan sampai kehilangan perspektif perutusan. Mereka jangan bersukacita atas karunia-karunia yang mereka miliki saja tetapi bersukacitalah karena nama mereka terdaftar di surga.
Nama kita tercatat di surga berarti kita menjadi warga kerajaan surga. Sebagai warga kerajaan surga, Allah memelihara hidup kita. Pemahaman ini hendaknya mengubah perspektif kita akan makanan. Mendapat makanan adalah hak hidup setiap manusia. Namun ternyata tidak semua orang mendapatkannya. Paling sedikit 23,63 juta penduduk Indonesia terancam kelaparan. Kelaparan dapat menyebabkan kematian dan kekurangan gizi yang menimbulkan berbagai kerusakan organ-organ tubuh. Hal konkret yang dapat kita lakukan misalnya memberi bantuan dan langsung diberikan kepada orang yang kelaparan, memberikan informasi tentang orang yang kekurangan pangan kepada lembaga yang dapat membantu, atau membantu gerakan kemanusiaan tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama, kepercayaan, ataupun haluan politik.
Dengan demikian ketika kita makan, sukacita kita lebih bernilai karena kita tidak kenyang dan puas sendiri melainkan juga membantu mengenyangkan orang lain yang membutuhkan.
Pertanyaan reflektif:
Apa yang dapat aku lakukan agar orang lain tidak menderita kelaparan?
Doa:
Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur karena berkat Yesus Putera-Mu kami diangkat menjadi anak-anak-Mu. Semoga perkataan, tindakan kami selalu mewartakan kebaikan-Mu sehingga kelak kami berjumpa dengan-Mu dalam perjamuan di surga. Amin. (Sr. Siti Hasanah OSU).
Keterangan foto: Joyful Life, ilustrasi dari rock-balikpapan.blogspot.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.