Rabu, 1 Oktober 2014
Pesta St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus
Yes 66: 10-14b, Mat 18: 1-5
MEJA MAKAN
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini,kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Mat 18:3)
Meja Makan, demikian orang menyebutkan namaku. Dulu, dulu sekali aku selalu mengalami kehangatan dari mangkuk-mangkuk sayur, piring-piring yang baru saja ditempati gorengan lauk-pauk, juga kehangatan dari ‘bakul’ nasi yang ditaruh di atasku. Rasa hangat itu berlahan menjalar ke seluruh bagian tubuhku. Aku merasakan hidup, dan aliran hangat itu yang sebenarnya membuat aku menjadi hidup. Sesaat setelahnya, suara yang selalu sama dan nyaring terdengar dari mulut seorang ibu, “Makanan sudah siap….Bapak, Rian, Rama, Tasya, ayo makan dulu”.
Seorang bapak yang belum begitu berumur, berjalan mendekatiku sambil bercengkrama dengan seorang anak yang paling kecil di antara mereka, Rama namanya. Mereka duduk saling berhadap-hadapan, dan yang membuatku merasa nyaman adalah mereka tidak selalu duduk di tempat yang sama selalu bergantian tempat. “Mari kita bergandengan tangan dan berdoa” kata bapak kepada anggota keluarganya. Kehangatan tubuh mereka yang saling membagikan dan mengalirkan kasih, membuatku menjadi mengerti dan memahami kenapa aku ada, dan ‘ada’ ku di sebut oleh mereka “Meja Makan”.
Aku bahagia, aku gembira, aku terharu dan terkadang aku menangis ketika mereka saling mendoakan atas makanan yang ada di atasku. Bapak mendoakan istrinya, atas olahan makanan yang disediakan, yang menyehatkan jiwa raganya. Ibu mendoakan suaminya, atas jerih payahnya untuk makanan yang tersedia. Melalui makanan yang tersaji anak-anak merasakan kasih orangtua, dan anak-anak mendoakan orangtua untuk itu semua. Setelah semuanya selesai, Tasya dengan lembut mengelapku dengan hati gembira, dan aku bisa merasakannya itu. Aku besyukur bahwa aku bisa menjadi bagian hidup dari keluarga ini untuk saling mengungkapkan dan mengalirkan kehangatan hati dan kasih di antara mereka. Tapi sekarang, semuanya sudah berlalu. Karena uang mereka telah meninggalkanku, atau karena ‘sibuk’ mereka tidak mau lagi untuk duduk mengelilingiku.
Sesekali Rama atau Tasya yang sebentar menyapaku, makan sesuatu, entah makanan dari mana mereka bawa. Makan dengan suasana dingin, tanpa ada kata ‘doa’ lagi. Sesekali juga ibu yang datang hanya meletakkan makanan, dan kemudian pergi berlalu begitu saja, yang kemudian ada seorang ibu yang mereka panggil “bibi” menghampiriku dan membersihkanku dari kerumunan semut atau lalat yang ada di atasku. Kadang aku juga melihat mereka pergi bersama ke luar, entah ke mana, yang aku dengar katanya mau makan bersama di luar. Tidak ada lagi senda gurau di antara mereka, tidak ada lagi tangan-tangan yang saling menyatu membagikan dan mengalirkan kasih dalam doa, tidak ada lagi ucapan kasih melalui makanan dan makan bersama. Aku sekarang sendirian, tanpa mereka lagi aku ‘mati’ tidak berguna. Aku merindukan mereka, “Tuhan bantulah aku, aku merindukan kebersamaan mereka”.
Pertanyaan reflektif:
Paus Frasiskus dalam kesempatan audiensi umum pada tanggal 5 Mei 2013 mengingatkan, “membuang makanan seperti halnya mencuri dari meja orang miskin, orang yang kelaparan”. Meja orang miskin, meja orang kelaparan menjadi meja ‘harapan’ untuk setiap orang mau berpihak dan berbagi makan dan makanan. Meja makan yang ada di setiap keluarga, bukan hanya sekedar tempat untuk makan, tetapi yang pertama dan utama menjadi sarana dan ruang untuk berjumpa, dan menjumpakan hati yang berbagi melalui makan dan makanan.
Meja makan dalam keluarga menjadi meja perjamuan kasih, yang saling menghormati dan menghargai melalui makan dan makanan. Sehingga melaluinya, setiap orang bisa belajar bagaimana memberi dan membagi makan dan makanan kepada orang yang miskin, orang yang kelaparan. Masih adakah “meja makan” di keluargaku?
Doa:
Allah Bapa yang baik, kebaikan dan kasih-Mu telah aku rasakan melalui meja Perjamuan Ekaristi. Mampukanlah dan jadikanlah aku untuk menjadi meja makan dan meja perjamuan bagi orang miskin, orang yang kelaparan. Sehingga melalui diriku, aku pun mampu untuk berbagi dan memberi makan dan makanan kepada semua orang yang membutuhkan. Amin. (RD F.A. Teguh Santosa)
Keterangan foto: Meja makan, ilustrasi dari eleganext.blogspot.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.