Beranda Jendela Alkitab Harian MAKANAN ROHANI, (Renungan Hari Pangan Sedunia, 2 Oktober 2014)

MAKANAN ROHANI, (Renungan Hari Pangan Sedunia, 2 Oktober 2014)

Pernikahan di Kana, ilustrasi dari www.makesroh.com

Peringatan wajib Para Malaikat Pelindung

Kel 23: 20-23a, Mat 18: 1-5.10

MAKANAN ROHANI

Jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini(Mat 18:10)

“Anak kecil, … bisa apa kamu”, satu ungkapan yang sering dilontarkan oleh orang dewasa kepada seorang anak ketika seorang anak mau menyatakan sesuatu yang dipikirkannya.  Sadar atau tidak sadar, ungkapan ini mengandung muatan ‘mengecilkan’ atau ‘merendahkan’ diri si anak tersebut.  Selain ungkapan,  terkadang juga perlakuan orang dewasa yang menganggap ‘enteng’ kepada  seorang anak.   Sehingga ketika anak kecil rewel, atau nangis, atau susah ‘diatur’ orang dewasa kerap kali ‘menghiburnya’ dengan memberikan makanan ataupun mainan.  Atau parahnya lagi, orang dewasa malahan menakuti-nakuti si anak, “awas kalau tidak mau diam, ibu marah lho” sambil menampakkan wajah yang agak menakutkan dan sedikit mencubit si anak supaya anak kemudian menuruti keinginan orang dewasa.

Anak dilahirkan dan dihadirkan ke dunia bukan pertama dan utama kehendak si anak; Allah menghendakinya, Allah menginginkannya, dan Allah berkepentingan atas diri si anak.   Orang dewasa; ibu – bapak menjadi sarana dan ruang bagi Allah untuk menemani, melindungi, dan mengarahkan anak untuk mempunyai hidup. Mengelola dan mengolah  makan bagi anak menjadi bagian tugas dan tanggungjawab orangtua supaya anak mendapatkan hidup. Apa yang dimakan anak, apa yang diterima anak akan menentukan hari depan dan hidup anak.  Anak tidak hanya membutuhkan makanan yang sehat untuk membesarkan jasmani. Rohani anak juga harus diberi ‘makan’. Makanan rohani inilah yang akan membangun jiwa dan membentuk karakter hidup anak dihari depan. Hidup kerohanian orangtua ; kesetiaan, kejujuran, keterbukaan, kasih, keadilan, keberpihakan, hormat, kesederhanaan yang terungkap dan terlihat dalam sikap dan tindakan hidup keseharian  menjadi makanan rohani bagi hidup anak di masa depan.

Pertanyaan reflektif:

Apa yang dikatakan itu yang diyakini, apa yang diyakini itu yang dilakukan dan diperbuat.  Anak lebih cepat belajar dengan melihat daripada mendengar atau membaca.  Anak lebih bisa menelan ‘makanan rohani’ dengan cara melihat dan merasakan apa yang dibuat dan dilakukan oleh orang dewasa.  Apakah aku sebagai orang dewasa ; ibu – bapak – kakak dengan sadar sudah mengungkapkan dan mewujudkan kerohanian hidup sebagai orang dewasa melalui sikap, tutur kata dan tindakan ? 

Doa:

Allah Bapa yang Mahabaik, melalui Putera-Mu, Engkau sudah memberikan contoh dan teladan hidup supaya aku berlaku dan berbuat dengan penuh kebaikan dan kasih.  Bantulah aku supaya aku dengan setia bisa memberikan contoh hidup yang baik bagi orang lain, terutama bagi anak-anakku.  Amin. (RD F.A. Teguh Santosa)

Keterangan foto: Pernikahan di Kana, ilustrasi dari www.makesroh.com