ALAH satu keluhan yang sering terucap mengenai doa adalah “kapan dikabulkan?” Ketika dihadapkan pada dunia yang serba cepat dan instan dan menawarkan aneka kepastian yang sungguh menarik, doa bisa terasa sebagai tindakan sia-sia tanpa kejelasan. Dalam situasi ini, godaannya adalah pemikiran “daripada berdoa terus-menerus tanpa kepastian akan dikabulkan, lebih baik berpaling pada yang pasti-pasti saja”. Maka, satu-satunya alasan untuk tetap bertekun dalam doa adalah iman. Itulah yang dikemukakan oleh Yesus.
Doa bukan sekedar membuka mulut dan mengucap kata. Doa sejatinya adalah tindakan iman.
Kitab Kebijaksanaan menampilkan sebuah pernyataan iman akan Allah yang penuh kuasa dan mampu melakukan hal-hal ajaib bagi umat-Nya dengan cara-Nya yang dahsyat. Kepercayaan akan Allah yang mahakuasa itu mesti melandasi setiap doa. Kepercayaan ini mencakup juga percaya akan cara kerja Allah dan membiarkan Allah bekerja dengan cara-Nya, bukan cara kita. Ketia doa terlantun, di situ iman dinyatakan. Memberi kesempatan kepada Allah untuk bekerja dengan cara-Nya, itulah semangat doa sejati. Pertanyaannya bukan lagi seberap cepat doa saya dikabulkan, melainkan seberapa dekat diri saya dengan Allah melalui doa yang dilantunkan.
Allah Bapa sumber segala kebaikan, tambahkanlah imanku dan ajarilah aku untuk percaya bahwa kasih-Mu lebih besar dari segala kebutuhan dan pengharapanku. Amin.
Renungan Harian ini diambil dari Buku “Ziarah Batin 2017”, Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakar
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.