Sabtu, 29 Maret 2014,
(Hos 6 :1-6; Luk 18: 9 – 14)
“Barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.“ (Luk 18: 14 b).
Orang Farisi dikenal sebagai orang yang rajin berdoa, beribadat, berpuasa dan banyak beramal. Tetapi mengapa Yesus mengkritik dan mengatakan bahwa sepulang dari berdoa dia tidak dibenarkan oleh Allah, sedangkan pemungut cukai dibenarkan? Yang dikritik oleh Yesus bukanlah apa yang dilakukan oleh orang Farisi, tetapi sikap batinnya. Dengan telah melakukan semua itu, dia merasa dirinya paling benar dan memandang rendah semua orang lain. Apa lagi semua orang di sekitarnya juga menganggapnya sebagai orang yang taat beragama dan menghormati dia sebagai orang yang saleh. Sikap sombong dalam dirinya membuat dia menilai orang lain lebih jelek dan lebih rendah. Dia begitu yakin bahwa Allah pasti (dan harus) membenarkan dia karena telah melakukan semua yang diwajibkan oleh agama.
Mungkin ada di antara kita yang berpikiran seperti itu. Menganggap diri sendiri dan orang lain yang terlihat rajin ke gereja, rajin berdoa, aktif di lingkungan dan di paroki, sering ikut rekoleksi dan retret adalah orang Katolik yang baik. Senang dan bangga kalau dianggap sebagai orang yang baik dan aktif dalam setiap kegiatan pelayanan. Lalu tergoda untuk menyombongkan diri dengan menganggap diri lebih baik dan lebih penting dari pada orang lain.
Yesus mengingatkan bahwa berdoa dan melakukan pelayanan kasih tetap harus didasari semangat rendah hati, tulus/tanpa pamrih. Seluruh hidupnya, dari bangun tidur hingga malam akan tidur lagi, di rumah, di jalan, di tempat kerja, dan di mana saja, ketika berdoa, ketika bekerja, istirahat dan ketika melakukan kegiatan apa pun, kita adalah hamba Allah, murid Kristus, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.
Masa prapaskah adalah kesempatan bagi kita untuk bertobat; untuk lebih banyak berdoa, berpuasa dan melayani Allah dengan peduli, berbela rasa dan melayani saudara-saudara yang membutuhkan perhatian dan bantuan, dengan rendah hati dan tulus.
Pertanyaan reflektif:
• Mengapa Yesus mengkritik orang Farisi yang rajin berdoa, berpuasa dan beramal kasih?
• Apabila seseorang sudah melakukan kewajiban agamanya dengan baik, apakah berarti dia pasti orang berkenan kepada Allah?
• Apa artinya bersikap rendah hati?
Doa:
Tuhan Yesus yang maha kasih, Kami bersyukur atas kasih-Mu yang begitu besar kepada kami sehingga rela menderita sengsara dan wafat di salib demi keselamatan kami. Semua itu Engkau lakukan dengan tulus dan rendah hati sekedar melakukan kehendak Bapa. Maafkan apabila selama ini kami bersikap sombong,dan merasa diri lebih baik dari pada orang lain. Bantulah kami untuk bertobat dan memperbaiki diri di masa prapaskah ini untuk rela peduli, melayani, berbela rasa, dan berbagi dengan tulus dan rendah hati. Amin.
(FC. Purwanta)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.