Beranda BERITA Remaja Rasul Rosario Keuskupan Manado

Remaja Rasul Rosario Keuskupan Manado

Bulan Rosario, Keuskupan Manado, Konferensi Waligereja Indonesia, Komsos KWI, KWI, Para Rasul Remaja,, Bulan Oktober bulan Rosario, Misioner
Sekitar 100 remaja paroki St. Maria Ratu Damai, Tomohon dibina menjadi 3 R

MIRIFICA.NET – Manado, dibaptis dan diutus menginjili dunia. Demikian tema bulan misi luar biasa yang ditetapkan oleh Paus Fransiskus sekaligus dalam rangka perayaan 100 tahun Surat Apostolik Maximum Illud dari Paus Benediktus XV. Kesempatan ini dimaksudkan untuk menyalakan kembali semangat dan gairah misi Yesus Kristus. Mengingatkan dan menyadarkan kembali jatidiri Gereja Misioner bahwa setiap orang yang dibaptis baik yang tergolong hirarki maupun awam, baik para orang tua hingga kaum milenial adalah misionaris. Demikian pula semangat yang berkobar dalam hati para remaja yang diutus untuk pergi dari rumah ke rumah, dari hari ke hari, dari misteri ke misteri, dari satu ujud doa ke ujud yang lain bersama rangkaian doa Salam Maria. Mereka diutus sebagai rasul rosario di bulan misi luar biasa ini.

Dari Target Menjadi Pelaku

REMAJA RASUL ROSARIO (3R) adalah bentuk kesadaran baru dari sabda perutusan Yesus untuk pergi ke seluruh dunia (Mrk 16: 15). Kalau selama ini anak dan remaja dianggap sebagai target saja dari pengajaran dan pewartaan, sekarang mereka tampil menjadi pelaku pengajaran dan pewartaan, sesuai cara dan kemampuan mereka. Kalau selama ini


Para Rasul Paroki St. Fransiskus Xaverius Mokupa sedang  melayani.

mereka hanya dianggap sebagai calon katekis dan calon rasul di masa depan, namun sekarang mereka diajak untuk berani tampil menjadi katekis dan rasul lewat kesaksian hidup mereka. Karena lewat pembaptisan, anak dan remaja juga telah mengambil bagian dalam tiga tugas imamat Yesus dan diwujudkan dalam berbagai bentuk kerasulan seperti 3R ini.

Seiring dengan pembaharuan dalam Gereja Keuskupan Manado, maka dituntut pula kesiapan Kaum Awam untuk terlibat lebih aktif dan kreatif dalam karya kerasulan gereja. Kaum awam, mulai dari masa anak sedang dipersiapkan untuk berperan dalam gereja yang dipahami sebagai Persekutuan Umat Beriman dan sebagai Gerakan yang Menghidupkan ketimbang Gereja sebagai Hirarki dan Institusi. Karena itu peran serta semua pihak untuk karya kerasulan, termasuk anak-anak, diberi porsi yang cukup.

Dari Rasul Potensial Menjadi Rasul Aktual

Dalam kenyataan, anak dan remaja adalah rasul yang potensial. Mereka mempunyai daya tangkap yang luar biasa. Dengan satu dua pertemuan saja, mereka sudah bisa menangkap pengajaran dan pewartaan yang diberikan, biarpun baru sebatas hafalan. Mereka punya penampilan yang lucu dan menggemaskan. Dan mereka punya semangat yang berkobar sesuai dengan pertumbuhan mereka. Lewat lagu dan gerak, seiring dengan keinginan untuk tampil dan diakui, serta dibekali dengan kemampuan menangkap dan bertumbuh dalam proses, maka anak dan remaja telah tampil menjadi rasul cilik yang luar biasa berpengaruh. Mereka bisa mengajar teman bahkan orang tuanya untuk menggunakan gadget, mengapa mereka tidak bisa menjadi rasul dalam hal iman dan praktek hidup kristiani?

“Anak-anak ini rajin sekali. Satu jam sebelum ibadah rosario dimulai mereka sudah berjalan dari rumah ke rumah untuk mengajak umat datang ke tempat rosario,” cerita Fiany Lolong, Ketua Stasi Wailan, Paroki St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen, Tomohon. “Mereka bernyanyi dengan gembira. Mereka membawa Patung Maria dan Salib Tuhan Yesus dalam perarakan dari rumah yang satu ke rumah yang lain sepanjang bulan Rosario ini. Dan tak jarang ada juga teman-teman mereka dari gereja lain yang ikut serta dalam perarakan itu,” sambung Fiany, yang juga sebagai guru agama Katolik di salah satu SMP Negeri di Tomohon. “ Sungguh luar biasa rasul-rasul ini. Pengaruhnya sangat besar, baik bagi orang tua, bagi teman mereka pun bagi diri mereka sendiri,” kesan ibu Grace Runtu, seorang Katekis di Paroki Maria Ratu Damai, Tomohon. Menurut beliau para remaja ini tidak hanya memimpin rosario di wilayahnya sendiri tetapi juga di wilayah lain sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Dan mereka inilah yang menjadi rasul di masa sekarang dan kelak. Mereka harapan gereja dan masyarakat.

Dari Ketekese Menjadi Kerasulan

 Melalui Gerakan Rasul Rosario ini, Gerakan katekese berkembang menjadi karya kerasulan. Katekese mulai dari masa kecil hingga dewasa menjadi wadah sekolah iman secara berjenjang sekaligus sekolah jiwa kerasulan (Bdk. Catechesi Tradendae/CT 39). Dengan cara demikian, anak-anak sejak dini membiasakan diri untuk mengalami keprihatinan Yesus dan gereja-Nya dalam karya kerasulan di dunia ini (Bdk CT 5).

Bulan Rosario, Keuskupan Manado, Konferensi Waligereja Indonesia, Komsos KWI, KWI, Para Rasul Remaja,, Bulan Oktober bulan Rosario, Misioner
Anak-anak berkumpul bersama mengikuti kegiatan rasul cilik Rosario di Keuskupan Manad

Di Keuskupan Manado sedang digalakkan Katekese dan sekaligus kaderisasi berjenjang. Untuk usia anak dibagi 3 tingkatan, yaitu rasul cilik (usia dini sampai 9 thn), rasul ekaristi (10-12 thn), dan rasul rosario (13-16 thn). Untuk orang muda dibagi dalam 3 tingkatan juga yaitu rasul anak alam (OMK yang masih bersekolah di SLTA), rasul lingkungan hidup (OMK pada umumnya), dan rasul IPTEK (Mahasiswa). Untuk orang dewasa dibagi 3 tingkatan juga yaitu rasul sosial (berbagai bidang sosial baik gerejani pun kemasyarakatan), rasul doa (untuk para Lansia) dan rasul penolong jiwa-jiwa (pastoral untuk orang yang meninggal dunia).

Dengan cara ini, setiap orang yang sudah dibaptis, baik masih kecil pun sudah besar, baik muda maupun tua, semuanya menjalankan tugas perutusan untuk menjadi rasul dalam dunia. Dengan lagu-lagunya yang lucu dan menarik, para rasul cilik mewartakan cinta Tuhan. Hasilnya, banyak anak seusia mereka yang bergabung dalam perarakan selama bulan rosario ini. Bahkan orang tua tidak kuasa melarang anak-anak mereka yang non katolik untuk ambil bagian dalam perarakan suci ini, hanya karena lagu yang lucu dari para rasul cilik. Dengan sikap hormat akan sakramen Ekaristi yang ditunjukkan oleh para rasul ekaristi, banyak orang tua juga yang tergerak untuk mengadakan sembah sujud di depan sakramen mahakudus sesudah misa atau pada kesempatan lain. Demikian para rasul ekaristi memberi kesaksian tentang cinta dan hormat akan Yesus yang hadir dalam Sakramen Maha kudus. Semoga, jiwa kerasulan anak-anak ini terus bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah. *** (pst. Chris Ludong, Ketua Komisi Kateketik dan Kerawam Keuskupan Manado)

Baca Juga : Keuskupan Surabaya ‘Serentak Maju!’ dalam MUPAS 2019