Pada Kamis, 27/6, Jambore Remaja Katolik perdana di Keuskupan Tanjung Selor (KTS) yang berlangsung di Paroki St. Eugenius de Mazenod (Eudema) memasuki hari kedua. Setelah pada Rabu, 26/6, dilakukan penyambutan peserta, registrasi, dan pembagian kelompok, kini acara Jambore secara resmi telah dibuka.
Dibuka dengan Ekaristi
Pembukaan ini ditandai dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal (Vikjen) KTS, RP. Alexander Palino, MSC. Mengawali homili singkatnya, Vikjen KTS menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh paroki yang terlibat dalam acara ini. Dia juga mengatakan bahwa anak remaja pun punya peranan penting dalam karya misioner di lingkungannya. Karya misioner remaja dapat terwujud melalui pertemuan-pertemuan, baik dengan orangtua dan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pertemanan maupun jejaring sosial. Karya misioner tersebut menjadi cerminan hadirnya Kristus dalam menjalani hidup keseharian sebagai orang Katolik.
Misa Pembukaan ini diikuti oleh seluruh peserta, pendamping, dan umat. Misa dirayakan secara konselebrasi, dengan melibatkan 13 imam konselebran dari beberapa paroki di KTS. Hadir pula Superior Jenderal MSC, RP. Mario Absalon Alvarado Tovar, MSC, yang sedang dalam visistasi pastoral ke wilayah pelayanan MSC (Misionaris Hati Kudus Yesus atau Societas Missionariorum Sacratissimi Cordis Jesu) di KTS.
Di akhir Misa tersebut, dilakukan pemukulan gong oleh Vikjen KTS sebagai tanda bahwa Jambore Remaja Katolik perdana KTS telah resmi dibuka. Kemudian, dilanjutkan dengan aneka sambutan dan perkenalan para imam konselebran yang hadir kepada para peserta jambore dan umat.
Pupuk dan Kembangkan Semangat Misioner
Dalam sambutannya, Direktur Dioses Karya Kepausan Indonesia (Dirdios KKI) KTS, Sr. M. Gerarda Untu, DSY, mengajak para peserta untuk memaknai perjumpaan dalam jambore ini sebagai wahana untuk memupuk semangat misioner sebagai pengikut Kristus. “Dalam momen yang penuh rahmat ini, kita dipertemukan dan dipersatukan dengan teman-teman remaja sekeuskupan untuk berbagi sukacita, berbagi pengalaman, saling mengenal satu sama lain, dan mengikuti proses kegiatan bersama. Jambore remaja ini menjadi sarana untuk mengembangkan semangat misioner dalam hidup kita setiap hari,” jelasnya.
Merefleksikan tema Jambore kali ini, “Remaja Misioner Siap Kobarkan Sukacita Injil”, Dirdios KTS itu juga berpesan agar semangat untuk mengobarkan sukacita Injil menjadi nafas dalam kehidupan sehari-hari. “Dengan tema ini, diharapkan agar remaja misioner Keuskupan Tanjung Selor, setelah mengalami proses edukasi, animasi, dan formasi selama kegiatan ini, akan membawa semangat baru dan mengembangkan kreativitas dalam diri masing-masing,” ungkap Sr. Gerarda.
Dengan demikian, lanjut Sr. Gerarda, ketika kembali ke paroki/stasi masing-masing, para remaja ini akan semakin bangga dan setia menjadi remaja Katolik, memiliki semangat untuk siap mengobarkan sukacita Injil di manapun berada, dengan semangat 2D2K (Doa, Derma, Kurban, Kesaksian).
“Adik-adik remaja, jadilah Bintang Misioner yang bertumbuh dan berkembang dalam iman. Ingatlah, kamu tidak sendirian. Kamu akan ditemani, didampingi, dan berjalan bersama dengan kakak-kakak pendamping yang selalu setia bersamamu. Dan jangan lupa juga, ada yang paling setia dan sangat mencintai anak dan remaja misioner, Dialah Tuhan Yesus yang tak akan pernah meninggalkan kita,” demikian Sr Gerarda.
Tak ketinggalan, Superior Jenderal MSC juga berkesempatan untuk memberikan sambutannya. “Kalian (para peserta Jambore-Red) sebenarnya saat ini telah menjadi seorang misionaris dalam kehidupan kalian,” ungkapnya.
Menurut Pater Alvarado, misionaris bukan hanya pastor, suster, atau para biarawan-biarawati. Siapa pun bisa menjadi misionaris, termasuk anak-anak dan remaja seperti para peserta Jambore Remaja KTS ini. Menjadi misionaris, kata Pater Alvarado, bukan hanya menjadi pewarta dalam pelayanan iman.
“Misi kalian adalah dengan berperilaku sebagai orang Katolik dan menjadi saksi Kristus di dalam lingkungan kalian,” tandasnya dalam bahasa Inggris yang segera diterjemahkan oleh Pastor Kepala Paroki Eudema, RP. Joseph B. Pontoan, MSC.
Baca juga: https://www.mirifica.net/2019/07/02/paramenta-remaja-kts-wahana-belajar-melayani-gereja/
Rayakan Keberagaman
Usai Misa, acara Jambore kemudian dilanjutkan dengan long march (pawai) menempuh rute yang telah disiapkan oleh panitia. Pawai ini bertajuk “Pawai Keberagaman”. Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok menurut parokinya masing-masing.
Pawai diawali dengan pertunjukan barongsai dari Yayasan Barongsai Harapan Kasih, Berau. Acara pelepasan yang sedianya dilakukan oleh Bupati Berau, H. Muharram, S.Pd., M.M. akhirnya diwakilkan kepada salah satu ajudannya karena yang bersangkutan berhalangan hadir.
Sepanjang rute pawai, wajah para peserta tampak berseri-seri dan menampilkan keceriaan. Mereka tidak sedikit pun terlihat mengeluh karena kelelahan. Dalam “Pawai Keberagaman” itu, mereka tak henti menyanyikan lagu-lagu SEKAMI dan meneriakkan yel-yel yang membangkitkan semangat.
Yang menarik adalah beberapa penduduk yang melintas dan yang tinggal di sepanjang jalan rute pawai juga tampak terhibur dengan adanya kegiatan ini. Banyak warga yang ikut melihat jalannya pawai tersebut. Beberapa dari mereka bahkan terlihat ikut mengabadikan momen ini dengan merekam video atau memotret dengan gawai mereka.
Yance Hurinda, salah satu pendamping dari Paroki St. Stefanus Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara), mengungkapkan bahwa nilai edukatif kegiatan ini sungguh besar. “Kegiatan ini adalah salah satu wadah bagi para remaja Katolik untuk mengenal dan mempererat persahabatan antarsesama anggota Gereja di Keuskupan Tanjung Selor. Selain itu, kegiatan semacam ini juga dapat membentuk pribadi yang supel, kreatif, dan berani untuk menampilkan kreativitas di depan banyak orang, terutama mampu memberikan sukacita di sekeliling mereka kelak ketika kembali ke paroki masing-masing,” jelas Yance.
Akhirnya, sebelum kembali ke rumah live in masing-masing, para peserta diberi kesempatan untuk merancang suatu kreasi seni dalam kelompok. Kreasi seni dari setiap kelompok tersebut ditampilkan pada acara pentas seni di acara penutupan pada Sabtu, 29/7. (AFA/RBE)
Baca juga: https://www.mirifica.net/2019/06/27/jambore-remaja-perdana-keuskupan-tanjung-selor/
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019