Beranda BERITA Relikui Beato Carlo Acutis dan Jalan-Jalan Kreatif menuju Kekudusan

Relikui Beato Carlo Acutis dan Jalan-Jalan Kreatif menuju Kekudusan

OMK, Orang Muda Katolik, Rapat Pleno Orang Muda, Komkep KWI, Katekese, Rengkuh dan Tumbuh, Komsos KWI, 2024,

MIRIFICA – Jumat, 5 Juli 2024, menjadi hari yang bersejarah bagi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta dan tentu bagi Orang Muda Katolik Indonesia. Hari ini, jam 12.00 WIB, pada misa Jumat Pertama ditahtakan relikui kelas 1 dari Beato Carlo Acutis, orang kudus milenial, di kapel Albertus Magnus, kapel Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, kampus Semanggi. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Bapa Uskup Ignatius Kardinal Suharyo, bersama dengan tiga imam konselebran, Rm Harry Yudanto, Rm. Andreas Subekti, dan Rm. Frans Kristi Adi.

Tanggal 23 Mei 2024, Vatikan menerima mukjizat kedua yang terjadi berkat perantaraan Beato Carlo Acutis. Mukjizat itu dialami oleh seorang gadis muda berusia 21 tahun, bernama Valeria Valverde. Dia mengalami kecelakaan, jatuh dari sepeda yang mengakibatkan cedera berat di kepalanya. Ibunya berdoa lewat perantaraan Beato Carlo Acutis dan Valeria sembuh tanpa operasi. Nama Beato Carlo Acutis mulai mencuri perhatian ketika namanya disebut oleh Paus Fransiskus dalam seruan apostolik pasca sinode 2018 Christus Vivit. Waktu itu, Gereja sudah menetapkan Carlo sebagai Venerabilis atau tahap kedua setelah Hamba Allah, sebelum Beato, dan nantinya ditetapkan sebagai Santo. Paus menyebut Venerabilis Carlo Acutis yang lahir di London, 3 Mei 1991 dan meninggal karena leukemia pada tanggal 12 Oktober 2006 di Monza, Italia sebagai anak muda yang “mengetahui bagaimana cara menggunakan teknik-teknik komunikasi baru untuk mewartakan Injil”.  Setelah mukjizat kedua diterima, tidak akan menunggu lama, bisa di tahun ini atau tahun depan, Carlo Acutis akan menjadi Santo milenial pertama. Oleh karena itu, peletakan relikui kelas 1 dari Beato Carlo Acutis di kapel Atma Jaya ini menjadi suatu peristiwa yang sangat berkesan.

Dalam homilinya, Bapa Kardinal menyebut bahwa orang muda adalah masa kini Gereja. Dan sebagai masa kini Gereja, orang muda hendaknya tampil dengan jati dirinya yang asli. Ia kutipkan kata-kata Beato Carlo Acutis, “kita semua lahir asli, tapi banyak yang meninggal sebagai fotocopy.”

Setelah misa votif pentahtaan relikui Beato Carlo Acutis, universitas Atma Jaya, sebagai tuan rumah, mengadakan talk show bertema New Way of Sainthood: Menjadi Kreatif dalam Kekudusan. Talkshow menghadirkan Cliff, admin @saintpedia yang ikut andil dalam menghadirkan relikui Beato Carlo Acutis ini di Atma Jaya, Beta, Orang Muda Katolik, Rm Bekti, ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Jakarta, dan Rm Kristi, Sekretaris Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia. Talkshow berjalan menarik dan hangat karena dipandu juga oleh Feli sebagai moderator. Pembicaraan mengalir dengan hangat dan penuh sukacita, mulai dari siapa Carlo Acutis bagi para narasumber, apa itu relikui, bagaimana mencapai kekudusan dengan cara-cara kreatif. Narasumber berbagi tentang pengalaman-pengalaman baik mereka menemukan jalan-jalan kreatif nan unik dan khas orang muda, dan lebih penting menjawab panggilan pada kekudusan dalam hidup sehari-hari.

Di akhir talk show dan tanya jawab, Rm Kristi memberikan benang merah, “Kalian, teman-teman muda, dikasihi nama demi nama. Kalian tidak sendirian. Tuhan yang mencintaimu, menemanimu.” Rm. Kristi juga menegaskan bahwa Tuhan yang mencintai orang-orang muda memanggil pula agar orang-orang muda tidak takut untuk menjadi kudus lewat cara-cara kreatif sehari-hari, tidak selalu menjadi konten kreator, tapi lewat panggilan yang unik dan khas masing-masing orang. “Jangan hanya bertanya aku siapa, aku siapa. Mulailah bertanya “untuk siapa, aku ada”, ajak romo Kristi agar teman-teman muda berani melakukan sesuatu sebagai bentuk kasih mereka pada Tuhan dan sesama. Berhadapan dengan perkembangan teknologi yang luar biasa, orang muda harus punya kemampuan diskresi, dekat dengan Tuhan lewat doa, mendengarkan gerakan Roh Baik, kata hati, pengendalian diri sehingga tahu dan melakukan tindakan dan menulis kata-kata seperti apa yang penuh kasih, dan menjauhkan diri dari tindakan dan kata-kata yang menghancurkan relasi dengan Tuhan dan sesama. Hal sederhana ini juga adalah jalan kecil menuju kekudusan.

Satu pesan kecil bagi Gereja, Atma Jaya, para romo, pendamping yang disampaikan di akhir adalah, “Orang muda bagaikan tanah yang kudus, dan untuk memasukinya kita perlu menanggalkan alas kaki kita. Kita semua dipanggil untuk menjadi rendah hati: mendengarkan, mau menangis bersama mereka, mau berjalan bersama untuk mewujudkan Gereja dan Indonesia yang lebih baik lagi.” Semoga semakin banyak orang muda menjadi Carlo Carlo yang baru yang menyadari panggilan unik dan khas mereka untuk mengasihi Tuhan dan sesama, jalan kreatif menuju kekudusan.

___

*Admin OMKnet (kontributor)

***

Rengkuh dan Tumbuh Orang Muda Katolik demi Gereja yang Hidup dan Menarik
Rengkuh dan Tumbuh Orang Muda Katolik demi Gereja yang Hidup dan Menarik
Rengkuh dan Tumbuh Orang Muda Katolik demi Gereja yang Hidup dan Menarik
Rengkuh dan Tumbuh Orang Muda Katolik demi Gereja yang Hidup dan Menarik
Rengkuh dan Tumbuh Orang Muda Katolik demi Gereja yang Hidup dan Menarik

Doc: OMKnet