Yesus menyembuhkan seorang wanita

Pemimpin rumah ibadat itu gusar. Ia amat menjunjung hari Sabat  yang perlu dijaga kesucian”nya. Namun, ia menyaksikan Yesus melakukan penyembuhan pada hari Sabat. Menurutnya itu pelanggaran. Baginya hari Sabat adalah hari yang benar-benar istirahat, artinya berhenti.

Yesus hari Sabat bukanlah ditafsirkan sebagai berhenti, lalu tidak berbuat apa-apa. Sebab, ‘istirahat’nya Allah bukan berarti berhenti tetapi juga dalam rangka penciptaan kembali, memberikan kehidupan. Maka, kita mengenal kata ‘rekreasi’. Sayangnya, banyak orang tidak tahu makna rekreasi sesungguhnya. Lihatlah, orang-orang Jakarta yang mau bermacet berjam-jam tiap week-end saat mereka harus pergi ke Puncak. Saya tidak tahu apakah itu masih disebut rekreasi sebab di sana mendatangkan stres baru. Otot-otot bukannya lemas malah semakin kaku.

Pada hari Sabat Yesus menyembuhkan seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya. Ia membutuhkan ‘istirahat’. Ia berada dalam jalan yang benar, ia datang ke rumah ibadat di mana Yesus hadir di sana. Apa jadinya? Yesus menyembuhkan sakit penyakitnya dengan mengusir roh itu. Derita selama delapan belas tahun berhenti sudah. Tubuhnya tegak kembali. Ia sudah bebas. Dan Yesus memberikan kehidupan kepada perempuan itu.

Sabat bukanlah berarti berhenti, tidak berbuat apa-apa. Hari Sabat berarti beristirahat sejenak untuk “mendengarkan” yang berbeda. Dalam hidup rohani kita masuk ke dalam hadirat Allah. Tuhan sendirilah yang mengundang kita untuk datang menghadap hadirat-Nya (bdk. Mat 11:28). Dan selanjutnya ‘mencipta kembali’= rekreasi, dan memberikan kehidupan kepada yang lain. Kita pun ingat pada kaum miskin papa dalam peringatan Hari Pangan Sedunia bulan ini, sehinga mereka pun memperoleh hidup melalui kita yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan ber-rekreasi.

Pertanyaan reflektif:

Kapankah aku sungguh-sungguh “beristirahat”, membuat hidup yang aku jalani lebih hidup? 

Doa:

Ya Tuhan, Engkau bersabda, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu…” Kini aku datang kepada-Mu, bersandar dan beristirahat di dalam kasih-Mu. Semoga aku mendapatkan pemulihan dan hidupku semakin lebih hidup. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin. (RD B. Hardijantan Dermawan)