Sidang Umum FABC tanggal 22 Oktober 2022 memasuki hari keenam dalam segmen ‘Emerging Realities’ . Sidang Umum FABC dimulai dengan perayaan Ekaristi oleh dipimpin oleh H.E. Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo. H.E Oswald Kardinal Gracias, Pemimpin Sidang hari itu, memimpin para peserta sidang dalam Adsumus, dan doa pagi yang disusun oleh negara Indonesia dan dipimpin melalui video yang disiapkan oleh Sr. Elisabeth Sukamdo OP, Koordinator Para Suster.
Sesi dimulai dengan penjelasan Kardinal Gracias tentang proses dan diskusi kelompok hari itu, yang akan berfokus pada bimbingan Roh Kudus dan prioritas pastoral Gereja di Asia.
Dr Naoko Murayama, Koordinator Regional Asia Timur dan Oseania dari Bagian Migran dan Pengungsi dari Dikasteri untuk Promosi Pembangunan Manusia Integral, berbicara tentang krisis pengungsi. Ia meengusulkan cara-cara yang dapat digunakan para peserta sidang untuk menanggapi isu tersebut dengan belajar, mendengarkan, mendukung dan berkolaborasi.
Setelah presentasi dilanjutkan dengan Diskusi pleno yang dipimpin oleh H.E. Kardinal Gracias. Dengan melihat data umum yang dikumpulkan dari diskusi kelompok, nampak menonjol beberapa hal berikut: keberanian sebagai minoritas, kemampuan untuk mendengarkan secara aktif, keterbukaan, harmoni, dialog dan rekonsiliasi. Gereja juga bersatu dalam ke-Asiaan, membentuk formasi berkelanjutan dan mengambil fokus pendampingan pada pada kaum muda, ekologi, migrasi, kesaksian dan pembinaan rohani, dan kaum miskin.
Prof. Hans Joachim Schellnhuber, pendiri dan Direktur Emeritus Institut Penelitian Dampak Iklim (PIK) Potsdam, berbicara dengan topik, ‘Darurat Iklim: Risiko dan Tanggapan’. Ia memberikan wawasan komprehensif tentang dokumentasi perubahan iklim, keputusan global diambil, bagaimana perubahan iklim diukur, dan dampaknya. Prof. Schellnhuber juga menyoroti garis waktu tentatif di mana perubahan masih mungkin terjadi, dan langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk menggapi situasi tersebut.
Mgr. Indunil J Kodithuwakku K, Sekretaris Dikasteri untuk Dialog Antaragama, berbicara tentang pentingnya menciptakan dialog terbuka, terutama di benua yang beragam seperti Asia, diikuti dengan kelanjutan diskusi pleno.
Malam itu ditutup dengan Jam Kudus yang dipimpin oleh Uskup Winston S. Fernando SSS dari Badulla.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.