SUMBA, 50 tahun lalu merupakan gudang beras, kacang, dan jagung. Mengapa sekarang tidak ada lagi, demikian ditanyakan Romo FA Teguh Santosa, Sekretaris Eksekutif Komisi PSE KWI, ketika memberikan seminar tentang pengembangan sosial ekonomi kepada para pastor, suster, dan wakil umat se-keuskupan Weetebula yang hadir (28/5). Seminar PSE ini termasuk rangkaian kegiatan dalam Pekan Komunikasi Sedunia ke-48 yang kali ini diselenggarakan oleh Komsos KWI di Keuskupan Weetebula.
Mengacu kepada tema Pekan Komunikasi Sedunia, “Komunikasi: Budaya Perjumpaan Sejati”, Romo Teguh Santosa menjelaskan sisi teologisnya. “Gereja sebagai sarana dan alat komunikasi merupakan sarana atau alat Allah bagi manusia. Komunikasi itu sendiri hanya bisa terjadi melalui realitas sosial, maka perjumpaan sejati itu nyata kalau kita melihat dunia dengan realitas sosialnya. Kalau itu terwujud, maka terjadilah perjumpaan sejati yaitu perjumpaan kita dengan Allah,” urai pastor yang berasal dari Keuskupan Purwokerto tersebut.
Gerak turun Allah
“Allah selalu ingin berkomunikasi diri dengan manusia. Allah maha segalanya. Maka agar kemahaannya itu bisa dirasakan oleh manusia, Allah menggunakan gerak turun. Dari Allah menjadi manusia, turun menjadi hamba, lalu turun menjadi kurban. Hal inilah yang setiap minggu kita rayakan dalam ekaristi. Inilah yg seharusnya menjadi karya kerasulan PSE; inilah bacaan rohani PSE,” tegas imam yang baru masuk seminari pada usia 32 tahun setelah lulus sebagai sarjana pertanian dan telah bekerja di berbagai tempat.
Karya PSE bukan karya teknik yang membuat sesuatu. “Bukan seperti pasar atau halte sebagai suatu tujuan, layaknya model tujuan pembangunan pemerintah. Credit Union bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk mencapai tujuan tersebut yaitu kesejahteraan masyarakat. Keselamatan bisa terjadi ketika kesejahteraan terjadi. Kesejahteraan bukan soal makan dan minum tetapi soal tatakelola,” papar Romo Teguh.
Aksi Puasa Pembangunan
Keuskupan Weetebula termasuk keuskupan yang PSE belum berjalan seperti yang diharapkan Komisi PSE KWI. “Tahun 2013, data APP Keuskupan Weetebula nihil,” demikian Romo Teguh sambil memunculkan paparan data APP di seluruh Indonesia.
“APP merupakan jantung Gereja. APP adalah kemurahan hati umat. Maka perlu dikembalikan untuk kesejahteraan umat. Semoga PSE Keuskupan Weetebula mulai bangkit lagi dengan melakukan 3M: melibatkan, mengembangkan, dan mencerdaskan umat,” ajak Romo Teguh menutupi presentasinya.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.