Menghargai kasih ayah/ Ilustrasi dari glnite.blogspot.com

ADA seorang anak tunggal dari sebuah keluarga sederhana. Sejak kecil ia sering dimarahi ayahnya. Di mata sang ayah, tak satupun yang dikerjakannya benar. Setiap hari ia berusaha keras untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan ayahnya, namun tetap saja hanya ketidakpuasan sang ayah yang ia dapatkan.

Pada waktu ia berulang tahun ke-17, tak sepatah ucapan selamat pun keluar dari mulut ayahnya. Hal ini membuat anak itu semakin membenci ayahnya. Sosok ayah yang melekat dalam dirinya adalah sosok yang pemarah dan tidak memperhatikan dirinya. Akhirnya ia memberontak. Tak pernah satu hari pun ia lewati tanpa bertengkar dengan ayahnya.

Beberapa hari setelah ulang tahun yang ke-17, ayahnya meninggal dunia akibat penyakit kanker yang tak pernah ia ceritakan kepada siapapun kecuali pada istrinya. Walau merasa sedih dan kehilangan, namun di dalam diri anak itu masih tersimpan rasa benci terhadap ayahnya.

Suatu hari, ketika membantu ibunya membereskan barang-barang peninggalan almarhum, ia menemukan sebuah bingkisan yang dibungkus dengan rapi. Di atasnya tertulis, “Untuk Anakku Tersayang”.

Dengan hati-hati diambilnya bingkisan tersebut dan mulai membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah jam tangan dan sebuah buku yang telah lama ia idam-idamkan. Di samping kedua benda itu, terdapat sebuah kartu ucapan berwarna merah muda, warnakesukaannya. Perlahan ia membuka kartu tersebut dan mulai membaca tulisan yang ada di dalamnya. Itulah tulisan tangan ayahnya.

Ya Tuhan, Terima kasih karena Engkau memercayai diriku yang rendah ini. Untuk memperoleh karunia terbesar dalam hidupku. Kumohon, ya Tuhan, jadikan buah kasih hamba-Mu ini orang yang berarti bagi sesamanya dan bagi-Mu. Jangan Kauberikan jalan yang lurus dan luas membentang. Berikan pula jalan yang penuh liku dan duri, agar ia dapat meresapi kehidupan dengan seutuhnya. Sekali lagi kumohon ya Tuhan, sertailah anakku dalam setiap langkah yang ia tempuh. Jadikan ia sesuai dengan kehendak-Mu. Selamat ulang tahun anakku. Doa ayah selalu menyertaimu.”

Manusia sering menuntut sesamanya untuk memperhatikannya secara lebih besar. Manusia ingin lebih dicintai. Manusia ingin melihat ungkapan kasih itu secara kelihatan. Tetapi sering orang kurang sadar bahwa kasih itu dapat saja diungkapkan dengan cara yang lain.

Seorang ayah pasti mencintai buah hatinya. Hanya ayah yang kejam dan jahat yang tidak mencintai anaknya sendiri. Hanya ayah yang tidak punya hati yang tidak peduli terhadap anaknya. Kisah tadi menunjukkan bahwa kasih terhadap buah hati itu dapat ditunjukkan dengan cara yang lain. Tidak mesti dengan pelukan yang mesra. Tidak mesti dengan elusan tangan yang lembut.

Bagi orang beriman, kasih itu segalanya. Kasih itu ditunjukkan melalui perbuatan yang nyata. Bukan hanya dengan kata-kata yang muluk-muluk. Kasih ditunjukkan dengan melaksanakan apa yang menjadi tugas dan kewajiban. Namun tidak hanya terbatas pada tugas dan kewajiban. Kasih menuntut suatu kreativitas dalam melaksanakan kasih itu dalam hidup sehari-hari. Tuhan memberkati.

 

Keterangan foto: Ilustrasi dari glnite.blogspot.com