BINA lanjut Imam muda di propinsi Gerejawi Samarinda yang biasa di sebut Quinquennale, mempertemukan semua imam Balita (bawah lima tahun) dari 4 Keuskupan yakni Keuskupan Agung Samarinda, Keuskupan Tanjung Selor, Keuskupan Palangkaraya dan Keuskupan Banjarmasin. Quinquennale saat ini dilaksanakan selama 8 hari, mulai Senin (19/08 – 27/08) diikuti 43 orang Imam bertempat di Rumah Retret Bukit Rahmat, Putak – Tenggarong, Kalimantan Timur.
Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahunnya, tiap-tiap Keuskupan bergantian menjadi tuan rumah. Awalnya kegiatan ini hanya diperuntukkan bagi para imam muda dari tarekat MSF namun ketika dilihat baik adanya makanya kegiatan ini diberikan untuk semua Imam muda diosesan maupun Imam tarekat yang berkarya di propinsi Gerejawi Samarinda.
Tema tahun ini mengangkat bahasan inkulturasi dengan RP Riston Situmorang,OSC, Dosen Liturgi di FF Unika Parahyangan, ketua Komisi Liturgi Keuskupan Bandung, Tim ILSKI ( Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia) dan tim komisi Liturgi KWI sebagai narasumber di bagian pertama serta Bapak Simon Devung, seorang antropolog di bagian kedua.
Romo Riston menyampaikan dalam sesinya bahwa seorang imam muda pasti memiliki idealisme sendiri dalam berliturgi namun harus didasari pemahaman yang baik tentang liturgi itu sendiri jangan asal-asal sehingga unsur universalitas (berlaku sama dengan seluruh Gereja Katolik di dunia) dan unitas (satu dan sama) dilupakan. Dalam praktek di lapangan saat ini banyak hal yang telah biasa dilakukan dalam liturgi namun belum tentu benar kaidahnya. Oleh karena itu para imam muda harus memulai membiasakan liturgi yang benar bukan membenarkan liturgi yang biasa. Sehingga ketika liturgi itu dirayakan, umat pun memahami peran dan partisipasinya dalam liturgi. Bila liturgi dirayakan baik maka liturgi itu begitu indah dan mengantar untuk setiap orang semakin menghayati imannya.
Dengan diselenggarakannya acara tahunan ini, meninggalkan berbagai kesan tersendiri bagi panitia maupun peserta. Tak pelak acara ini juga menjadi ajang reuni bagi para Imam muda. Pengakuan berasal dari RD Saverinus Peri, seorang Imam diosesan Keuskupan Tanjung Selor.
“Selain saya dapat berjumpa dengan teman-teman imam muda sepropinsi Gerejawi yang seangkatan ketika masa kuliah, di sini juga saya dapat belajar banyak dari pengalaman-pengalaman teman-teman dari Keuskupan lain yg dibagikan. Menyegarkan kembali ilmu-ilmu yang pernah saya peroleh di bangku kuliah dan tentunya kegiatan ini sangat memperkaya dan membantu saya ketika nantinya kembali ke Paroki.” Tandasnya ( RD. Bonifasius)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.