“Saya, RD Kamilus, dan teman-teman datang bertemu teman-teman bukan hanya mau menentukan masa depan bangsa, tapi masa depan teman-teman sendiri,” tegas Prof. Eko Indrajit. “Silakan buka Google di HP teman-teman, lalu ketik nama Anda masing-masing, yang keluar apa?” Peserta menanti-nanti tujuan dari intermezzo Prof. Eko.
“Kalau Anda ingin mencari pasangan hidup, bagaimana calon mertua Anda tahu bahwa Anda orang baik-baik?” tanya beliau disambut hening serius. “16 tahun lalu, mereka akan lihat dari cara bicara saya, cara makan, cara bertingkah; itu 16 tahun lalu. Kalau sekarang? Tinggal buka Google, tulis nama Anda, lihat 10 daftar teratas!”
“Saudara-saudara, yang Anda tulis di internet TIDAK BISA DIHAPUS! Kalau Anda tulis yang jelek-jelek, Anda bisa menanggulanginya dengan tetap menggunakan media sosial, tapi ganti konten dengan yang bagus-bagus, perlihatkan talenta Anda,” jelas Prof. Eko.
“Apa yang Bapa Paus katakan? The Internet is a good thing. It’s a gift from God. Paus ingin mengatakan, teknologi dibuat untuk membantu manusia. Kalau teknologi malah menyusahkan, yang salah bukan teknologinya, tapi pribadi yang menggunakan teknologi itu,” lanjutnya.
“Memangnya apa tujuan komunikasi? Menyampaikan pesan? Benar bila dijawab di tahun ’80-an. Sekarang, tujuan komunikasi adalah supaya orang yang mendengar melakukan apa yang kita kehendaki!” tegas Prof. Eko.
“Pun, komunikasi kita harus memakai bahasa orang yang kita tuju, barulah kita bisa mengubah orang tersebut. Tujuan kita adalah digital humanities: bagaimana teknologi dan manusia bisa saling bersatu untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia,” tutup Prof. Eko.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.
