Rangkaian kunjungan Sri Paus Fransiskus selama 3 hari di Uni Emirat Arab (UEA) berakhir 5 Februari 2019. Selain mengadakan misa bersama dengan 13.000 umat katolik di negara tersebut, Paus Fransiskus juga menandatangani dokumen sejarah tentang persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup berdampingan guna menangkal radikalisme serta terorisme.
Acara penandatanganan dokumen yang disebut Deklarasi Abu Dhabi, dilakukan oleh Sri Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb disaksikan oleh wakil Presiden dan Perdana Menteri UEA yang juga gubernur Dubai, Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktorum dan Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Hadir pula lebih dari 400 tokoh agama dan budaya dari mancanegara.
Poin Penting “Deklarasi Abu Dhabi” antara UEA dan Vatikan
- Pemimpin dunia, memegang keputusan politik dan ekonomi internasional agar bekerja keras menyebarkan budaya hidup berdampingan secara damai dan toleran.
- Menghargai pencapaian positif dalam peradaban modern, tetapi dalam waktu yang sama prihatin atas fenomena merosotnya etika, nilai spiritualitas, dan tanggung jawab sehingga terjadi sikap kecewa, putus asa, pengisolasian diri, ateis, dan radikal.
- Menyerukan kebangkitan peran agama dan menjadikan agama sebagai pijakan bagi generasi baru dengan memegang teguh nilai-nilai perdamaian, menjunjung nilai saling mengenal satu sama lain, persaudaraan manusia, hidup berdampingan secara damai, serta terus menancapkan hikmah, keadilan, dan kebaikan.
- Menyerukan pengakuan hak-hak perempuan dalam pendidikan, pekerjaan, dan hak-hak politik mereka.
- Menyerukan perlindungan hak-hak anak kecil dalam makanan, pendidikan, dan pemeliharaan dalam keluarga, serta melindungi pula hak-hak kaum papa dan kaum lemah.
- Menyerukan rekonsiliasi dan membangun persaudaraan antar-pemeluk agama dan lainnya atau semua orang yang mempunyai niat demi terwujudnya perdamaian dunia.
- Gereja Katolik dan lembaga Al-Azhar yang berkedudukan di Kairo, Mesir akan bekerja sama menyampaikan misi dan visi dokumen persaudaraan manusia ini kepada para pemimpin dunia, organisasi internasional, lembaga masyarakat sipil, lembaga agama di seluruh dunia, tokoh-tokoh agama, budaya dan ekonomi
Sumber: Kompas 6 Februari 2019
Kredit Foto: www.theguardian.com
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019