MIRIFICA.NEWS, Yogyakarta – Mengisi hari ke-4 Asian Youth Day 2017 Celebration, Sabtu (5/8/2017), Orang Muda Asia kembali diajak merefleksikan tema lainnya, “Celebrating Our Communion”. Refleksi ini didasarkan pada pengalaman pluralitas dalam sejarah para rasul. Semangatnya adalah mewujudkan persatuan, kerukunan demi terciptanya kebaikan bersama.
Plenary Session menghadirkan Uskup Joel Z. Baylon sebagai pembicara tunggal. Saat ini, Uskup Joel memegang tanggung jawab sebagai Ketua Komisi Kepemudaan FABC di bawah Komisi Awam dan Keluarga. Sesi ini dibawakan Uskup Joel dalam bahasa Inggris. Poin utamanya adalah bagaimana orang muda Asia mampu menjadikan iman sebagai pijakan mereka dalam membangung persekutuan hidup bersama pada konteks Asia, terutama dalam situasi yang tidak pasti. Uskup Joel menghubungkan peran orang muda Asia dengan pesatnya perkembangan media sosial akhir-akhir ini seraya mengajak mereka untuk mampu memanfaatkan keberadaan media sosial bagi pewartaan Kristiani.
“You have to be Online Missionaries of God,” kata Uskup Joel, seraya menyebut singkatan dari Online Missionaries of God dengan “OMG”.
Menurutnya, saat ini kaum muda telah menjadi bagian penuh dari generasi millennial. Orang-orang muda ini memiliki kekuatan (empower) untuk menciptakan kesempatan bagi perjalanan hidup mereka. Karenanya, ia mengingatkan kaum muda supaya mampu menggunakan media sosial secara baik dan benar. Di antaranya adalah untuk membangun relasi cinta yang benar bukan hanya dengan menerima saja tapi juga mampu memberi, menggunakan bahasa yang bersahabat bukan bahasa permusuhan (unfriended). “Apabila terdapat bahasa permusuhan, mereka harus bisa memformat itu kembali, dan lebih baik dihapus saja”.
Mengingatkan orang muda Asia akan dampak dari perkembangan teknologi media, Uskup Joel mengutip kembali kata-kata Paus Fransiskus bahwa pesatnya perkembangan tekonologi media saat belum diikuti pula dengan perkembangan tanggung jawab, nilai dan kesadaran akan hati nurani manusia.
“Our immense techonolgy development has not been accompanied by development in human responsibility, values and conscience,” katanya.
Setelah planery session, acara siang tadi dilanjutkan dengan workshop merencanakan aksi nyata setelah AYD 2017. Pada sesi ini, peserta dibagi atas 15 kelas dengan beragam tema seperti bagaimana mengembangkan dialog di negara masing-masing, mengatasi permasalahan lingkungan hidup, anak-anak yang kecanduan narkotika, membangun kreatisvitas orang muda untuk menciptakan lapangan kerja.
Selama workshop, peserta dibimbing oleh fasilitator dibantu co-fasilitator. Ada juga tim animator yang bertugas mendalami secara bersama tema diskusi kelompok. Mereka berdiskusi dengan dibimbing oleh para fasilitator, sekaligus akan ditemani pula oleh dua co-fasilitator dan sebuah tim animator yang bertugas mendalami topik permasalahan.
Di malam penghujung Asian Youth Day 2017, peserta AYD kembali dihibur dengan penampilan atraksi budaya dari sejumlah negara dari regional Asia Tenggara 1, Asia Tenggara 2, Asia Tengah dan Indonesia. Panggung AYD 2017 pun kembali bergetar semangat orang muda. “Joyful! Joyful! Joyful! Asian Youth. Joyful! Joyful! Living the Gospel Joyful! Joyful ..”
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.