Beranda GEREJA KITA SEPUTAR VATIKAN Pijar Vatikan II: Belum Ada Kardinal Baru untuk Indonesia

Pijar Vatikan II: Belum Ada Kardinal Baru untuk Indonesia

Para Kardinal menghadiri seremoni di konsistori Santo Petrus
Para Kardinal menghadiri seremoni di konsistori Santo Petrus
Para Kardinal menghadiri seremoni di konsistori Santo Petrus

KETIKA Uskup baru untuk Diosis Bogor ditahbiskan pada hari Sabtu 22 Februari 2014 yang lalu. Pada hari yang sama di Vatikan, Paus Fransiskus melantik 19 Kardinal baru.

KETIKA Uskup baru untuk Diosis Bogor ditahbiskan pada hari Sabtu 22 Februari 2014 yang lalu. Pada hari yang sama di Vatikan, Paus Fransiskus melantik 19 Kardinal baru.  Inilah pelantikan Kardinal pertama di bawah “pemerintahan” Paus Fransiskus.

Dari 19 Kardinal baru yang dilantik pada consistorium kali ini, ada 16 Kardinal baru yang memiliki hak memilih Paus (di bawah usia 80 tahun) dan ada 3 Kardinal di atas usia 80 tahun.  Tiga  Kardinal “sepuh” ini masuk dalam Kolegio para Kardinal karena pengabdian dan jasanya yang luar biasa bagi Gereja.

Nama-nama 16 Kardinal (pemilih) yang baru ini adalah:

·Uskup Agung Pietro Parolin, Uskup Agung tituler Acquapendente, Kepala Sekretaris Negara Vatikan.

·Uskup Agung Lorenzo Baldisseri, Uskup Agung tituler Diocletiana, Sekretaris Jendral Sinode para Uskup.

·Uskup Agung Gerhard Ludwig Müller, Uskup Emeritus Regensburg, Prefek Konggregasi Ajaran Iman.

·Uskup Agung Beniamino Stella, Uskup Agung tituler Midila, Prefek Konggregasi Klerus.

·Uskup Agung Vincent Gerard Nichols dari Keuskupan Agung Westminster, Inggris.

·Uskup Agung Leopoldo José Brenes Solórzano dari Keuskupan Agung Managua, Nicaragua.

·Uskup Agung Gérald Cyprien Lacroix dari Keuskupan Agung Québec, Kanada.

·Uskup Agung Jean-Pierre Kutwa dari Keuskupan Agung Abidjan, Pantai Gading.

·Uskup Agung Orani João Tempesta, O.Cist., dari Keuskupan Agung Rio de Janeiro, Brasilia.

·Uskup Agung Gualtiero Bassetti dari Keuskupan Agung Perugia-Città della Pieve, Italia.

·Uskup Agung Mario Aurelio Poli dari Keuskupan Agung Buenos Aires, Argentina.

·Uskup Agung Andrew Yeom Soo Jung dari Keuskupan Agung Seoul, Korea.

·Uskup Agung Ricardo Ezzati Andrello, SDB, dari Keuskupan Agung Santiago, Cili.

·Uskup Agung Philippe Nakellentuba Ouédraogo, dari Keuskupan Agung Ouagadougou, Burkina Faso.

·Uskup Agung Orlando B. Quevedo, OMI, dari Keuskupan Agung Cotabato, Filipina.

·Uskup Chibly Langlois dari Keuskupan Les Cayes, Haiti.

Sementara, tiga Uskup Emeritus dan yang sudah lanjut usia, yang diangkat Paus Fransiskus masuk dalam Kolegio para  Kardinal pada consistorium Sabtu 22 Februari 2014 ini, adalah :

·Uskup Agung Loris Francesco Capovilla, Uskup Agung Tituler Mesembria, Italia.

·Uskup Agung Emeritus Fernando Sebastian Aguillar dari Keuskupan Agung Pamplona, Spanyol.

·Uskup Agung Emeritus Edward Felix of Castries, dari Kepulauan Antilles, Karibia.

Kejutan untuk Benua Eropa dan Amerika

“Kloter pertama” pilihan Kardinal oleh Paus Fransiskus tahun ini rupanya sarat dengan kejutan. Untuk Benua Eropa yang selalu memiliki “jatah” Kardinal terbanyak, kejutan terbesar adalah tidak terpilihnya Uskup Agung Malines-Bruxelle : André-Joseph Léonard. Uskup yang sering dianggap konservatif ini, sebenarnya oleh banyak pengamat dinilai sebagai sahabat Vatikan dan penjaga tradisi Katolik yang amat kuat di Belgia.

Kardinal dari Eropa Timur juga tidak ada pada consistorium kali ini. Padahal banyak yang mengira pemimpin Gereja Katolik Yunani di Ukraina: Uskup Agung Sviatoslav Shevchuk, seharusnya mendapat “baret merah”. Apalagi yurisdiksi Uskup Agung ini dalam ritus Bizantine meliputi Buenos Aires, Keuskupan yang pernah dipimpin Bergoglio sebelum terpilih menjadi Paus. Dari 8 Kardinal baru Eropa (5 Itali, 1 Jerman, 1 Inggris, dan 1 Spanyol), 6 di antaranya adalah Kardinal pemilih.

Benua Amerika juga memberi kejutan. Amerika Serikat yang karena pengaruhnya sebagai negara adidaya dunia hampir selalu mendapat jatah Kardinal baru pada setiap consistorium. Tapi,  kali ini nihil. Negaranya Barack Obama ini sudah memiliki 11 orang Kardinal pemilih. Jadi sudah dianggap cukup. Memang beberapa di antaranya akan segera mencapai usia 80 tahun.

Brasil sebagai negara yang memiliki penduduk Katolik paling banyak sedunia,  “hanya” memiliki 4 Kardinal. Rio de Janeiro sebagai Ibukota Brasil tentu saja harus dipimpin oleh seorang Uskup Agung yang berpangkat Kardinal. Tetapi kejutan yang paling tidak dinyana dari benua ini adalah terpilihnya Uskup Chibly Langlois sebagai Kardinal baru. Tak ada yang mengira bahwa Uskup Langlois dari Keuskupan Les Cayes, Haiti ini ditunjuk Paus menjadi Kardinal.

Haiti termasuk negara yang paling miskin di dunia dan termiskin di seluruh belahan bumi barat.

Hebatnya lagi yang ditunjuk menjadi Kardinal bukan Uskup Metropolitan ibukota Haiti yang lebih besar yaitu Keuskupan Agung Port-au-Prince, tetapi Uskup dari Keuskupan Les Cayes yang lebih kecil. Dalam sejarahnya, Haiti belum pernah punya seorang Kardinal. Paus Fransiskus agaknya ingin memberi sinyal, bahwa yang termiskin pun adalah keluarga gereja Katolik, dan Uskupnya juga pantas masuk dalam kolegio Kardinal.

Dari 7 Kardinal baru, benua Amerika mendapat jatah 6 Kardinal pemilih yaitu : Canada, Nicaragua, Haiti, Brasil, Argentina, dan Chili.

Kejutan untuk Benua Afrika dan Asia

Untuk Afrika, penunjukan Uskup Agung Philippe Nakellentuba Ouédraogo dari Keuskupan Agung Ouagadougou, Burkina Faso sebagai Kardinal baru berbicara banyak. Ouagadougou adalah kota kecil di bagian utara negara Burkina Faso, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Paus Fransiskus memandang, dialog dan hidup bersama dengan Islam  adalah panggilan Gereja Afrika yang vital dan menjadi kenyataan hidup Gereja Afrika sekarang ini.

Untuk Asia, penunjukan Mgr. Orlando B. Quevedo OMI dari Keuskupan Agung Cotabato, Filipina juga merupakan kejutan. Di Filipina, negara yang paling Katolik se Asia ini banyak yang tidak mengira bahwa Uskup Quevedo dari tarekat OMI ini ditunjuk menjadi Kardinal.

Kalaupun ada Kardinal baru, nominasi yang paling kuat untuk Filipina adalah Mgr.Jose S Palma dari Keuskupan Agung Cebu. Selain Cebu adalah Keuskupan terbesar di Filipina, Mgr. Palma adalah Ketua KWI-nya Gereja Filipina. Jadi ketika Paus menunjuk Uskup Cotabato sebagai Kardinal baru, bukannya Uskup Cebu, orang Katolik Filipina cukup terkejut. Dalam sejarah Filipina, belum pernah ada Uskup Cotabato yang menjadi Kardinal. Sementara itu, Manila sudah punya Kardinal baru: Mgr.Tagle yang baru saja ditunjuk menjadi Kardinal oleh Paus Benedectus XVI pada consistorium sebelum ini. Praktis dalam waktu setahun, Filipina punya 2 Kardinal.

Bahwa pada consistorium kali ini, Jepang tidak mendapat “jatah” Kardinal oleh banyak pengamat juga dinilai sebagai kejutan. Dua Kardinal terakhir untuk Keuskupan Agung Tokyo yaitu : Kardinal Stephen Fumio dan Kardinal Peter Seiichi Shirayanagi sudah wafat beberapa tahun yang lalu. Kardinal Fumio wafat tahun 2007 dan Kardinal Shirayanagi wafat tahun 2009. Sejak saat itu, Jepang tidak punya Kardinal lagi. Selain Jepang, kawasan “bersejarah” Timur Tengah juga tidak mendapat jatah Kardinal pada consistorium kali ini. Untuk kawasan Asia, yang memang sudah diduga akan mendapat “jatah” Kardinal baru adalah Keskupan Agung Seoul. Sesudah Filipina dan Vietnam, Korea Selatan memiliki jumlah penduduk Katolik yang terbanyak di Asia.

Gereja Katolik Korea juga memiliki sejarah yang unik. Umat Katolik Korea Selatan, sangat bangga menceritakan sejarahnya bahwa benih iman Katolik ditebar pertama kalinya oleh sekelompok awam. Katolik masuk Korea tidak dibawa oleh para missionaris imam, biarawan atau biarawati.

Para awam Katolik pertama itu mengenal imannya dari China daratan. Para awam Katolik pertama ini dihormati sebagai “bapak-ibu kaum beriman” Katolik Korea. Mereka semua dibunuh oleh Kaisar Korea karena menolak menanggalkan iman Katoliknya. Dua di antara “bapak-ibu” martir Korea itu adalah suami-isteri Peter Yeom Seok-Tae.

Uskup Seoul Mgr. Andrew Yeom Soo-Jung yang lahir di Ansong Keuskupan Suwon pada Desember 1943, dan ditunjuk Paus Fransiskus menjadi Kardinal pada consistorium ini, adalah cucu langsung generasi kelima dari martir besar Korea suami-isteri Peter Yeom Seok-Taeb. Merah yang menjadi warna jubah Kardinal kiranya sudah lama mengalir dalam darah martir Kardinal Seoul ini. Kardinal Yeom juga punya dua saudara kandung yang menjadi imam diosesan.

Sumber : A Kunarwoko, sesawi.net

http://www.sesawi.net/2014/02/28/pijar-vatikan-ii-belum-ada-kardinal-baru-untuk-indonesia-24a/