Pewartaan adalah Tanda Pertobatan

Gal 4:22-24.25-27.31-5:1, Luk 11:29-32 

“Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus,…” (Luk 11:32b)

 Saudaraku yang dikasihi Tuhan,  jika melihat apa yang disampaikan Yesus dalam perikop ini kita jumpai banyak kiasan dan metafora. Kiasan dan metafora ini menjadi menarik, jika kita mengambil garis benang apa yang menjadi pokok disampaikan oleh Yesus, ialah pewartaan sebagai tanda pertobatan. Pewartaan Yesus adalah tanda pertobatan. Sama dengan Yunus yang menjadi tanda pertobatan rakyat Niniwe. Dengan demikian juga Yesus ingin menyamakan diri-Nya dengan Yunus manakala pewartaan-Nya sungguh menjadi pesan pertobatan bagi umat manusia.

Dalam surat Paulus kepada umat di Galatia hal ini juga disampaikan hampir serupa, namun dengan perbedaan tekanan. Dengan kisah Abraham yang mempunyai dua orang anak dari perempuan Hagar dan perempuan Sara, disampaikan Paulus sebagai sebuah kiasan karena kedua perempuan itu menjadi dua ketentuan Allah. Ini berarti kisah Abraham menjadi suatu pesan pewartaan yang menjadi tanda pertobatan. Dan pertobatannya adalah bahwa kita adalah anak-anak perempuan yang merdeka. Dosa adalah perhambaan, tetapi pertobatan adalah kemerdekaan anak-anak Allah.

Apa implikasi yang bisa kita petik? Sejauh hidup kita hanya menjadi hamba dosa dan baru bertobat kalau ada banyak tanda-tanda mukjizat, kita seperti apa yang dikatakan Yesus ialah angkatan yang jahat yang menuntut tanda. Pertobatan tidak perlu terjadi menunggu tanda-tanda mukjizat, tetapi melalui pesan pewartaan yang tiap kali kita dengarkan secara biasa namun luar biasa. Para nabi, Yesus, para rasul, dan kita para pengikut Yesus sebenarnya adalah tanda pertobatan, ketika tugas pewartaan kabar gembira Tuhan benar-benar kita kita maknai dalam hidup kita. Mari kita menjadi tanda pertobatan bagi banyak orang, ketika pesan pewartaan itu menjadi bagian dari hidup kita. Tuhan memberkati.

Ketika kita mengambil makanan secukupnya dan tidak menyisakannya maka kita juga bertobat dari kebiasaan lama yang membuang-buang makanan dan dengan demikian tidak merampok hak orang miskin, seperti dikatakan oleh Paus Fransiskus. Itu pertobatan kita dalam memperingati Hari Pangan Sedunia.

Pertanyaan reflektif:

Sudah kah kehadiran dan tindakan kita sehari-hari menunjukkan sebagai tanda kehadiran Kristus ? 

Doa:

Ya Tuhan, kerapkali hidupku kurang menjadi tanda pertobatan bagi banyak orang. Hidupku kurang menjadi kesaksian akan kebenaran, keadilan dan cinta kasih. Tambahkan imanku untuk selalu menyadari bahwa hidupku dapat menjadi pesan pertobatanbagi banyak orang, manakala hidup selaras dengan kehendak-Mu sendiri. Jadikan aku, Tuhan sebagai pewarta dan pelayan cinta kasih.(RD V. Rudy Hartono)